Deburan ombak yang tak pernah berhenti berdendang, kini menjadi
lantunan indah yang menemani soreku. Senja mulai mengoyak zona nyaman yang ku
ciptakan sejak bermenit-menit lalu. Meski mata ini terus saja menatap kosong ke
depan, namun pikiranku tak pernah beranjak dari mungilnya ingatan yang tak pernah
lepas dari otak kecilku.
Hari-hariku tak pernah berubah, meski kini sudah tiada lagi senyum
indah itu. Senyum yang selalu menjadi obat lelahku. Kau adalah orang yang sudah
ku anggap sebagai malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan untuk menemaniku di sini,
negeri penuh api. Lewat penjara suci ini kita dipertemukan. Lewat penjara suci
ini aku diajaarkan betapa aku harus kuat menjalani kehidupan ini. Nggak boleh
ada kata ngeluh, dan itu adalah hal yang selalu kau tanamkan untukku. Sekarang
entah lewat apa agar aku mampu mengungkapkan rasa sayangku untukmu. Rasa
cintaku yang entah sampai sekarang belum juga sirna dari jiwa matiku. Mahendra,
sebuah nama indah yang terpatri kuat di dalam hatiku. Nama yang selalu mengusik
pikiranku. Dia, yang dulu sangat aku cintai.
Hidup di penjara suci tentu saja tak sebebas hidup di dunia luar
sana. Hidup di penjara suci tentu saja tak segemerlap hidup di luar sana. Tapi
aku bahagia, dan tak pernah ada kata menyesal karena sudah berada di dunia ini.
Dunia yang di penuhi oleh calon bidadara-bidadari surga. Karena di sinilah
hidupku menjadi penuh warna. Awalnya memang bukan seuatu hal yang mudah memang.
Belajar di sebuah Universitas negeri yang besar tetapi harus tinggal di sebuah
penjara suci yang tentu juga terdapat segudang kegiatan yang banyak menyita
waktu. Namun apa daya, aku takkan pernah berani melawan keinginan ke dua orang
tuaku. Karena bagiku, mereka adalah segala-galanya. Mereka yang tak pernah
meninggalkanku.
Siapa sangka, penjara suci ini telah mempertemukanku dengan seorang
pria sholeh yang selalu membuat duniaku ini penuh dengan senyum manis.
Pertemuan pertama kami justru bukan di penjara suci ini. Tuhan mempertemukan
kami lewat sebuah organisasi kemahasiswaan di Universitasku. Kami berada dalam
satu divisi. Hal tersebutlah yang selalu membuat kami bersama-sama, setiap
detik, setiap waktu. Hingga akhirnya hubungan ini melaju ke jenjang yang
serius. Ya,,, semalam kami resmi menjadi pasangan kekasih.
***
“ Ijinkan aku mencintaimu karena Allah Bunga,!!”
“Sebuah kata-kata yang lama ku tunggu akhirnya terlontar juga dari
mulut manismu sayang.” Gumamku.
Aku tahu kami sama-sama suka. Rasa ini memang sudah lama terpendam,
begitu juga rasanya. Aku tahu. Tapi kini sesuatu yang terpendam itu sudah bisa
kami temukan dalam sebuah ikatan suci. Ikatan suci karena Allah. Bukan untuk
pelampiasan nafsu belaka. Cara kami mengungkapkan rasa sayang kami memang
takkan sama seperti pasangan-pasangan kekasih yang lainnya. Kami masih punya
keyakinan, kami masih punya pegangan.
***
Rasa yang kini menjelma menjadi wujud hati. Tuhan biarkan aku tetap
menjaganya. Biarkan ia menjadi perhiasan dan warna yang selalu membuat
keceriaan dalam hari-hariku, juga untuk hari-harinya. Biarkan rasa ini tetap
ada sampai kami sudah tak mampu lagi mempertahankan tiap denyut nadi kami.
Do’a itu yang selalu aku panjatkan tiap selesai sholat Fardlhu dan
sunah. Bukan karena aku terlalu takut kehilangan dia. Tapi karena
kekhawatiranku yang akhir-akhir ini mulai menghantuiku.
Tuhan, bukan berarti cintaku kini lebih besar ku berikan padanya.
Kau tetap yang paling besar mendapatkan cintaku. Tapi kini dia adalah orang
yang sangat berarti untukku.
Tapi kini apa yang aku khawatirkan benar-benar terjadi. Dia
memutuskanku secara pihak tanpa alasan yang jelas. Hancur? Sakit? Tentu saja.
Tapi aku tak mau berlebih dalam menghadapi kegagalan ini. Ini adalah janjiku,
dan ini adalah bukti bahwa aku mencintainya tak melebihi cintaku kepada
Tuhanku.
Setelah beberapa hari, aku baru tahu. Hancurnya hubunganku dengan Mahendra
adalah karena ada wanita lain yang dijodohkan oleh orang tuanya. Aku tahu Mahendra
takkan pernah berani menolak keinginan ortunya. Dahulu dia telah berjanji,
apapun yang diinginkan dan apapun yang dikehendaki orang tuanya merupakan
sebuah perintah yang wajib untuk dilaksanakan.
“ Bunga,,, percayalah, jika kita memang berjodoh. Maka pelaminan
akan tetap menjadi tempat yang menyatukan kita.” Kata Mahendra, sebuah kata
terakhir yang ia ucapkan langsung di depan bola mataku.
Pipi ini tiba-tiba hangat tersentuh butiran bening yang mulai
mengalir. Hanya itu yang mampu menjawab kalimat darinya.
Sebuah kata-kata terakhir, tentu saja. Karena sebulan kemudian
berita duka, ah entahlah duka atau bahagia. Karena kabar dia menikah kini
menjadi kenyataan pahit yang harus aku terima, dan keberadaanya sudah tak tahu
lagi kini dimana. Bukan rasa pahit yang mudah hilang ketika diganti dengan
gula.
Berpisah darinya bukan berarti dunia ini kiamat. Aku tetap
melanjutkan kehidupanku normal seperti biasanya. Meski sudah tak ada lagi
pelangi yang penuh warna. Meski mentari tak secerah dulu, dan angin tak sedamai
yang pernah ku rasakan ketika masih ada dia. Tapi masih ada hujan, dimana
setiap tetes yang mengenai wajahku mampu memberi keteduhan dan kedamaian.
Melupakan seseorang yang benar-benar kita sayangi memang bukanlah
suatu hal yang mudah. Tapi jangan biarkan rasa cinta ini melebihi rasa cintaku
kepadaMu Tuhan. Seusai menikah, Mahendra langsung boyong dari penjara suci ini
tanpa pamit kepadaku. Mungkin dia memang harus melupakanku.
“Ku hargai setiap keputusan yang kau ambil Ndra.” Ucapku dalam
hati.
***
Satu bulan, dua bulan hari-hariku masih terasa berat. Namun,
seiring dengan bergulirnya waktu. Detik berganti detik, hari berganti hari, dan
tahun bermetamorfosa menjadi tahun yang baru. Ya,,, tepat satu tahun yang lalu, di tanggal dan bulan ini Mahendra mengucapkan
janji dan sumpah suci di pelaminan. Meski bukan bersamaku.
Namun ada sisa kenangan, deburan ombak ini tak pernah berubah.
Nyanyiannya masih sama ketika dulu kita sama-sama menikmatinya. Sentuhan
anginnya masih selembut dulu saat kita mencoba menantangnya. Dan senja masih
secantik ketika kita sama-sama memandangnya. Meski cintamu sudah bukan untukku.
Tapi cinta Tuhan tak pernah berubah ku rasakan.
“ Tapi satu yang harus kamu ketahui Mahendra sayang,,, kamu masih
tetap bersamaku. Biarkan cinta ini bersembunyi di balik daun kering di musim
kemarau ini. Karena aku berharap meskipun terlalu sulit untuk melupakanmu cinta
ini akan menghilang ketika musim hujan tiba. Biarkan tiap rinainya
menghancurkan jaringan-jaringan daun kering yang mulai rapuh. Karena aku tak
ingin cinta ini melebihi cintaku kepada Allah, Tuhanku. “
Tak terasa tangis ini kembali pecah. Tapi aku berharap tangis ini
menjadi obat atas rasa sakitku. Tangis yang tertahan satu tahun yang lalu.
tanpa ku sadari bibir ini mengembang.
“Oh Tuhan,,, Kurang baiknya apa Engkau kepadaku. Kini Kau berikan
aku lagi seorang malaikat lain yang lebih indah dari dia.” Batinku penuh
syukur.
Satu bulan yang lalu, Dimas resmi meminangku. Tuhan telah
mengirimkan dia untukku. Maafkan aku yang masih memiliki dusta terhadapmu
sayang, meski dalam lubuk hatiku yang paling terdalam masih tersimpan nama
indahnya. Namun aku janji, namamulah yang akan menghapuskannya. Karena kau
adalah pemberian paling indah dariNya. J