Senin, 26 Mei 2014

Cinta di Balik Daun Kering


Deburan ombak yang tak pernah berhenti berdendang, kini menjadi lantunan indah yang menemani soreku. Senja mulai mengoyak zona nyaman yang ku ciptakan sejak bermenit-menit lalu. Meski mata ini terus saja menatap kosong ke depan, namun pikiranku tak pernah beranjak dari mungilnya ingatan yang tak pernah lepas dari otak kecilku.
Hari-hariku tak pernah berubah, meski kini sudah tiada lagi senyum indah itu. Senyum yang selalu menjadi obat lelahku. Kau adalah orang yang sudah ku anggap sebagai malaikat yang dikirimkan oleh Tuhan untuk menemaniku di sini, negeri penuh api. Lewat penjara suci ini kita dipertemukan. Lewat penjara suci ini aku diajaarkan betapa aku harus kuat menjalani kehidupan ini. Nggak boleh ada kata ngeluh, dan itu adalah hal yang selalu kau tanamkan untukku. Sekarang entah lewat apa agar aku mampu mengungkapkan rasa sayangku untukmu. Rasa cintaku yang entah sampai sekarang belum juga sirna dari jiwa matiku. Mahendra, sebuah nama indah yang terpatri kuat di dalam hatiku. Nama yang selalu mengusik pikiranku. Dia, yang dulu sangat aku cintai.
Hidup di penjara suci tentu saja tak sebebas hidup di dunia luar sana. Hidup di penjara suci tentu saja tak segemerlap hidup di luar sana. Tapi aku bahagia, dan tak pernah ada kata menyesal karena sudah berada di dunia ini. Dunia yang di penuhi oleh calon bidadara-bidadari surga. Karena di sinilah hidupku menjadi penuh warna. Awalnya memang bukan seuatu hal yang mudah memang. Belajar di sebuah Universitas negeri yang besar tetapi harus tinggal di sebuah penjara suci yang tentu juga terdapat segudang kegiatan yang banyak menyita waktu. Namun apa daya, aku takkan pernah berani melawan keinginan ke dua orang tuaku. Karena bagiku, mereka adalah segala-galanya. Mereka yang tak pernah meninggalkanku.
Siapa sangka, penjara suci ini telah mempertemukanku dengan seorang pria sholeh yang selalu membuat duniaku ini penuh dengan senyum manis. Pertemuan pertama kami justru bukan di penjara suci ini. Tuhan mempertemukan kami lewat sebuah organisasi kemahasiswaan di Universitasku. Kami berada dalam satu divisi. Hal tersebutlah yang selalu membuat kami bersama-sama, setiap detik, setiap waktu. Hingga akhirnya hubungan ini melaju ke jenjang yang serius. Ya,,, semalam kami resmi menjadi pasangan kekasih.
***
“ Ijinkan aku mencintaimu karena Allah Bunga,!!”
“Sebuah kata-kata yang lama ku tunggu akhirnya terlontar juga dari mulut manismu sayang.” Gumamku.
Aku tahu kami sama-sama suka. Rasa ini memang sudah lama terpendam, begitu juga rasanya. Aku tahu. Tapi kini sesuatu yang terpendam itu sudah bisa kami temukan dalam sebuah ikatan suci. Ikatan suci karena Allah. Bukan untuk pelampiasan nafsu belaka. Cara kami mengungkapkan rasa sayang kami memang takkan sama seperti pasangan-pasangan kekasih yang lainnya. Kami masih punya keyakinan, kami masih punya pegangan.
***
Rasa yang kini menjelma menjadi wujud hati. Tuhan biarkan aku tetap menjaganya. Biarkan ia menjadi perhiasan dan warna yang selalu membuat keceriaan dalam hari-hariku, juga untuk hari-harinya. Biarkan rasa ini tetap ada sampai kami sudah tak mampu lagi mempertahankan tiap denyut nadi kami.
Do’a itu yang selalu aku panjatkan tiap selesai sholat Fardlhu dan sunah. Bukan karena aku terlalu takut kehilangan dia. Tapi karena kekhawatiranku yang akhir-akhir ini mulai menghantuiku.
Tuhan, bukan berarti cintaku kini lebih besar ku berikan padanya. Kau tetap yang paling besar mendapatkan cintaku. Tapi kini dia adalah orang yang sangat berarti untukku.
Tapi kini apa yang aku khawatirkan benar-benar terjadi. Dia memutuskanku secara pihak tanpa alasan yang jelas. Hancur? Sakit? Tentu saja. Tapi aku tak mau berlebih dalam menghadapi kegagalan ini. Ini adalah janjiku, dan ini adalah bukti bahwa aku mencintainya tak melebihi cintaku kepada Tuhanku.
Setelah beberapa hari, aku baru tahu. Hancurnya hubunganku dengan Mahendra adalah karena ada wanita lain yang dijodohkan oleh orang tuanya. Aku tahu Mahendra takkan pernah berani menolak keinginan ortunya. Dahulu dia telah berjanji, apapun yang diinginkan dan apapun yang dikehendaki orang tuanya merupakan sebuah perintah yang wajib untuk dilaksanakan.
“ Bunga,,, percayalah, jika kita memang berjodoh. Maka pelaminan akan tetap menjadi tempat yang menyatukan kita.” Kata Mahendra, sebuah kata terakhir yang ia ucapkan langsung di depan bola mataku.
Pipi ini tiba-tiba hangat tersentuh butiran bening yang mulai mengalir. Hanya itu yang mampu menjawab kalimat darinya. 
Sebuah kata-kata terakhir, tentu saja. Karena sebulan kemudian berita duka, ah entahlah duka atau bahagia. Karena kabar dia menikah kini menjadi kenyataan pahit yang harus aku terima, dan keberadaanya sudah tak tahu lagi kini dimana. Bukan rasa pahit yang mudah hilang ketika diganti dengan gula.
Berpisah darinya bukan berarti dunia ini kiamat. Aku tetap melanjutkan kehidupanku normal seperti biasanya. Meski sudah tak ada lagi pelangi yang penuh warna. Meski mentari tak secerah dulu, dan angin tak sedamai yang pernah ku rasakan ketika masih ada dia. Tapi masih ada hujan, dimana setiap tetes yang mengenai wajahku mampu memberi keteduhan dan kedamaian.
Melupakan seseorang yang benar-benar kita sayangi memang bukanlah suatu hal yang mudah. Tapi jangan biarkan rasa cinta ini melebihi rasa cintaku kepadaMu Tuhan. Seusai menikah, Mahendra langsung boyong dari penjara suci ini tanpa pamit kepadaku. Mungkin dia memang harus melupakanku.
“Ku hargai setiap keputusan yang kau ambil Ndra.” Ucapku dalam hati.
***
Satu bulan, dua bulan hari-hariku masih terasa berat. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu. Detik berganti detik, hari berganti hari, dan tahun bermetamorfosa menjadi tahun yang baru. Ya,,, tepat satu tahun  yang lalu, di tanggal dan bulan ini Mahendra mengucapkan janji dan sumpah suci di pelaminan. Meski bukan bersamaku.
Namun ada sisa kenangan, deburan ombak ini tak pernah berubah. Nyanyiannya masih sama ketika dulu kita sama-sama menikmatinya. Sentuhan anginnya masih selembut dulu saat kita mencoba menantangnya. Dan senja masih secantik ketika kita sama-sama memandangnya. Meski cintamu sudah bukan untukku. Tapi cinta Tuhan tak pernah berubah ku rasakan.
“ Tapi satu yang harus kamu ketahui Mahendra sayang,,, kamu masih tetap bersamaku. Biarkan cinta ini bersembunyi di balik daun kering di musim kemarau ini. Karena aku berharap meskipun terlalu sulit untuk melupakanmu cinta ini akan menghilang ketika musim hujan tiba. Biarkan tiap rinainya menghancurkan jaringan-jaringan daun kering yang mulai rapuh. Karena aku tak ingin cinta ini melebihi cintaku kepada Allah, Tuhanku. “
Tak terasa tangis ini kembali pecah. Tapi aku berharap tangis ini menjadi obat atas rasa sakitku. Tangis yang tertahan satu tahun yang lalu. tanpa ku sadari bibir ini mengembang.
“Oh Tuhan,,, Kurang baiknya apa Engkau kepadaku. Kini Kau berikan aku lagi seorang malaikat lain yang lebih indah dari dia.” Batinku penuh syukur.
Satu bulan yang lalu, Dimas resmi meminangku. Tuhan telah mengirimkan dia untukku. Maafkan aku yang masih memiliki dusta terhadapmu sayang, meski dalam lubuk hatiku yang paling terdalam masih tersimpan nama indahnya. Namun aku janji, namamulah yang akan menghapuskannya. Karena kau adalah pemberian paling indah dariNya. J