“Kau ingin berapa?” tanya
kakak angkatanku di kampus. Dengan senyum aku menjawab, “ dua boleh mas”.
Berawal dari sanalah awal pertemuanku dengan seorang ikhwan, tidak ganteng dan
menurutku dia biasa saja bahkan tidak ada sesuatu yang ku rasakan selain rasa
senang bisa bertemu dengan orang-orang baru. Namanya Malik, orangnya ramah. Dan
dia akan jadi partner kerjaku dalam sebuah penelitian. Lama-lama dengan
kebersamaan ini, aku mulai merasakan suatu keanehan.
Aku bahagia jika berada di
dekat dia, dan rasa rindupun mulai menggerogoti perasaanku ketika lama tak
berjumpa dengannya. Entah rasa apa yang kini telah merasukiku, aku mulai tak
nyaman dengan semua ini. Dan aku ingin semua kembali normal seperti semula, di mana
perasaan itu belum tumbuh di dalam hati kecilku. Aku sadar sebenarnya aku sudah
mulai jatuh cinta kepada,namun memang sangatlah sulit untuk mengakuinya.
Hari-hari terus berjalan, aku
mulai hampa karena kesempatanku untuk bertemu dengannya kini mulai berkurang, bahkan
sekarang perasaan cemburu juga mulai menggelayutiku. Aku semakin tak nyaman
dengan semua ini. “Ya Allah aku tak sanggup,buang saja perasaan ini dari benakku”.
Pagi ini aku berangkat ke
kampus bersama dua sahabatku, Wiwik dan Eri. Hmm dari tadi bicara panjang lebar
ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan diriku sendiri. Namaku Bunga, aku
adalah seorang mahasiswi jurusan Bahasa Indonesia semester dua. Kami bertiga
adalah tiga bersahabat yang selalu bersama, tujuh tahun kami bersahabat, ya
semenjak kami kelas tujuh SMP, dan Alhamdulillah mampu bertahan hingga
sekarang. Ketika melewati Gedung Bahasa Inggris tiba-tiba mataku menangkap suatu
pemandangan indah, Ya dia yang selalu ku rindukan. Hatiku mendadak gugup,
bahkan untuk melangkah pun rasanya berat sekali. Dengan tertunduk aku lewat di
depannya. Dan sepertinya tak ada respons dari dirinya, sedih sungguh sangat
sedih. Ku kira dia bakal menyapaku, setidaknya tersenyumlah padaku. Namun,,,hah
Cuma harapan kosong. Apakah dia lupa terhadapku?, mana mungkin?. Penelitian
juga baru saja selesai, dan hampir satu tahun kita bekerja sama. Apa mungkin
dia malu untuk menyapaku?. Tak tahulah,,, Aku memang kecewa namun ku berpikir
positif saja, mungkin dia tak melihatku.
“ Kau kenapa?” tanya Eri.
“ Ah aku tak apa-apa” dengan
tersenyum ku jawab pertanyaan sahabatku itu.
Hatiku mungkin sedikit kacau, aku ingin dia
mengetahui seluruh perasaanku, ingin ku ungkapkan semuanya.
Sore
itu aku merasa sedikit bosan berada di kos, ku putuskan untuk pergi keluar
mencari udara segar. Hujan memang baru saja reda, dan aroma tanah yang baru
terguyur hujanpun masih sedap ku nikmati. Dadaku sedikit lega, dan sedikit
senyum mulai mengembang di bibirku. Memang tak ada yang lebih indah dibandingkan
semua karya ciptaan Tuhan. Hatiku juga mulai tenang. Ku telusuri pinggiran
danau kecil di dekat kos, danau ini memang indah, di pinggirnya terdapat bermacam-macam
bunga, warna-warni dan menghiasi sepanjang pinggir danau. Di atasnya
beterbangan kupu-kupu elok nan cantik. Hatiku tersenyum, begitupun bibirku.
Namun sekejap musnah ketika seorang laki-laki mendekatiku, dan sepertinya ku
mengenalnya, ya Mas Malik.
“
Assalamu’alaikum,,,” dia mengucapkan salam padaku.
“
Wa,,,Wa’alaikumsalam” sedikit tergagap aku menjawabnya.
“
Sedang apa Dek?” tanya mas Malik
“
Mencari udara segar mas, suntuk di kos terus” jawabku
Dia tersenyum, indah sekali. Serasa mendapatkan
sebuah keajaiban, aku bisa bertemu sekaligus ngobrol dengan dia lagi setelah
sekian lama kami tidak berkomunikasi.
Dari
pertemuan itu, lama-lama kami jadi dekat. Sering jalan bareng, pergi bareng.
Bahkan kami saling berbagi ilmu agama. Suatu ketika dia mengungkapkan
perasaannya padaku.
“
Bunga, bolehkah aku jujur padamu?” tanya Mas Malik
“
Boleh mas, ada apa ya?” jawabku
“
Sebenarnya aku,,,aku sayang sama kamu”. Kata Mas Malik
Deg,,,hatiku seperti tersambar petir yang
begitu menggelegar. Benarkah yang dia ucapkan itu?. Apa mungkin dia salah
ucap?. Apa mungkin ini hanya mimpi?.
“
Maksud mas bicara seperti itu apa?” tanyaku
“
Hehe,,,sudahlah lupakan saja,,,udah larut ni,,,yuk pulang!!” kata Mas Malik
Aku pergi dengan perasaan yang tak keruan,apa
maksud dia bicara seperti itu?.
Lama
perasaan ini ku pendam semakin sakit ku rasakan. Apalagi setelah peristiwa sore
itu. Aku mulai terpuruk karena cintaku padanya, tak semestinya aku seperti ini,
tapi aku juga tak mampu mengelak. Kedua sahabatku pun mulai bingung dengan
perilakuku akhir-akhir ini. Aku menjadi pendiam, padahal dulu aku adalah
seorang gadis yang selalu ceria dan periang. Ku putuskan untuk melupakannya.
Aku mencari kesibukan-kesibukan lain yang sangat menyita waktuku. Aku mengikuti
sebuah organisasi kesukarelaan yang ada di kampus. Mulai dari kegiatan-kegiatan
itu sedikit demi sedikit aku mampu melupakannya.
Saat
ku sedang melamun di pinggir danau, tiba-tiba dia mengagetkanku.
“
Mas Malik,,, suka banget ngagetin orang” kataku
Dengan bangga dia malah tersenyum.
“Bunga,,,”
Dia memanggil namaku
“Ada
apa mas?” tanyaku, sepertinya ada yang aneh
“Aku
senang mengenalmu. Apakah kamu juga senang mengenalku?” tanya Mas Malik
“Senang
mas dan aku bahagia, kok mas tanya seperti itu?” dengan sedikit gugup aku
menjawab pertanyaan yang sebelumnya tak pernah ku duga itu.
Sekali lagi dia tersenyum.
“Aku
senang sekali mengenalmu,,,” kata Mas Malik.
Namun tanpa permisi tiba-tiba saja dia
meninggalkanku. Aku masih tak mengerti dengan apa yang dia lakukan. Hatiku
sakit, tapi aku juga menangkap ada sesuatu yang aneh dalam raut mukanya tadi.
Sepertinya dia sendiri juga merasakan kesedihan yang amat mendalam. Aku
benar-benar tak mengerti dengan apa yang telah dia lakukan.
Berminggu-minggu
aku mengurung diri dari dunia luar, bahkan dari kedua sahabatku. Namun berkat
pengertian dari mereka akhirnya aku
luluh juga. Aku tersadar hanya motivasi dari diriku sendiri aku mampu bangkit,
dan semangat itu harus aku tanam terus agar aku tidak mudah terpuruk apalagi jika itu karena cinta.
Amat tak pantas ku hancurkan indahnya hari-hariku hanya karena seorang ikhwan
yang selalu buatku tak mengerti. Hari-hari terus berganti, dengan susah payah
aku melupakannya.
Kedua sahabatku mengajak ku
pergi ke suatu taman, mereka memang selalu mengerti perasaanku. Bahkan di saat
aku gundah seperti ini.
“
Sudahlah Nga, lupakan saja dia,! Toh masih banyak ikhwan-ikhwan lain di luar
sana.” Kata Wiwik
Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan
sahabatku itu, memang masih banyak laki-laki di luar sana namun yang namanya
cinta itu kan tidak dapat untuk dipaksakan. Dikala teman-teman sedang
menghiburku tiba-tiba ku melihatnya, dan yang paling membuatku sakit dia sedang
bersama seorang akhwat. Sepertinya mereka bahagia sekali. Air mataku tumpah
seketika, tubuhku lemas. Kedua sahabatku bingung.
“
kamu kenapa?” tanya Eri
“
Aku ingin pulang saja Ri,,” jawabku
Mereka mungkin bingung, namun ku juga tak mampu
jika berlama-lama berada di sini.
Dua bulan kemudian,,,,
“Bip...bip...”
suara Hp mungilku
“
Bisa bertemu sekarang di danau seperti biasa kita bertemu?” Isi sms itu
Tidak ada nama pengirimnya,
“
Dari siapa ini?” gumamku
Tanpa pikir panjang langsung saja aku menuju danau,
di sana memang ada seseorang tengah duduk di kursi yang tersedia di pinggir
danau. Mas Malik.
“
Mas Malik ?” panggilku
“
Bunga,,,silahkan duduk!” katanya
“
Ada apa mas?” tanyaku
Aku merasa gugup, entah apa yang akan terjadi
terserahlah. Aku sudah pasrah dan siap mendengar kata-kata apa saja yang akan keluar dari bibirnya.
“
Sebenarnya aku sangat meyayangimu. Ingatkah kamu, dulu aku pernah mengucapkan
kata-kata serupa di tempat ini pula.” Katanya
“
I...iya,,,” jawabku
“
Aku serius mengucapkan hal tersebut, nggak main-main, bukan sebuah permainan, bukan untuk
menyakitimu. Aku tahu selama ini kamu begitu terluka. Maafkan aku,!” kata Mas
Malik
Aku tak menjawab apa-apa, karena aku sudah tak
mampu berkata apa-apa. Aku juga sudah tidak tahu mau berbuat apa. Justru air
mataku lah yang menjawab, tetes demi tetes air mata mengalir lembut di pipiku.
Merasa sudah tidak kuat aku pergi meninggalkan Mas Malik,
“
maaf mas, ku harus pergi,,,!” kataku
Tanpa menunggu jawaban Mas Malik aku langsung
pergi meninggalkannya.
“
Bunga..”
Masih sempat ku dengar kata dari dia tersebut,
namun tak ku hiraukan.
“
Bip...bip...” Hpku bergetar
“
Maafkan aku Bunga,,,!” sms dari Mas Malik
Keesokan
harinya Eri datang ke rumahku pagi-pagi sekali. Aneh, karena tak biasanya seperti
itu.
“
Nga, kamu yang sabar ya?” kata Eri
“
Eri, ada apa ? Apa yang terjadi?” tanyaku
“
Mas Malik Nga...”
“
Mas Malik, kenapa dengan dia?” tanyaku khawatir
“
Mungkin kemarin adalah pertemuan terakhirmu dengan Mas Malik,” kata Eri
“
Maksudmu pa Ri?” tanyaku penuh linangan air mata
“
Dia kecelakaan tadi malam, dan sepertinya nyawanya memang sudah tidak bisa di
selamatkan lagi” kata Eri
Sontak tubuhku terkulai lemas, air mataku
leleh. Pikiranku kacau, apa mungkin setelah kejadian kemarin dia kecelakaan?.
Apa semua ini karena aku?. Ingin rasanya aku menjerit. Aku berlari menuju
danau, di belakang Eri mengikutiku.
“
Bunga... kamu mau kemana?” teriak Eri
Di danau aku menjerit sekeras-kerasnya.
“
Ya Allah... kenapa Kau renggut nyawanya? Dia nggak salah, aku yang salah...
kembalikan dia...” aku menjerit dan terus menjerit
“Arrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrgggggggggggghhhhhhhhhhhhhhh.....
Mas
Alifffffffffffffff............jangan tinggalin aku.......” jeritku
Eri mendekap tubuhku dengan erat.
“
sabar Nga... Istighfar....” kata Eri
Di
pemakaman aku hanya mampu meneteskan air mata, untuk berkata-kata saja aku
sudah tidak mampu. Hanya penyesalan dan penyesalan saja yang kini menghantuiku.
Cintaku terlalu dalam untukmu, dan kini ku baru tersadar ternyata kaupun juga
mencintaiku. Terlalu jahat juga jika aku menyalahkan Tuhan, Dia tahu apa yang
terbaik untuk umatnya.
“
Ya Allah maafkan aku atas segala dosa-dosaku selama ini. Dan terimalah dia di
sisimu. “
Di tempat ini untuk kesekian kalinya ku
teteskan air mata, tempat terakhir ku berjumpa dengan dia. Menjadi saksi bisu
pertemuan terakhirku dengannya. Akan menjadi harapan kosong jika aku terus
mengharapkannya. Dia telah tiada, maut telah merenggutnya. Dan cintanya akan
abadi terkenang selamanya.
Beberapa bulan berlalu.
“
Assalamu’alaikum...” sapa Wiwik
“
Tumben pagi-pagi udah nongol di kampus neng” kataku
“
Hehe ada janji ma seseorang” jawab Ukhtiku yang satu ini
Kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya,
sebuah benda kecil yang terbungkus amplop pink nan rapih.
“
Ni untuk kamu” kata Wiwik sambil menyerahkan amplop itu padaku
“
Ini apa?” tanyaku
“
Dari seorang ikhwan” Wiwik tersenyum sembari melangkah meninggalkanku
Aku
penasaran dengan isi yang ada di dalam surat tersebut. Pelan-pelan ku buka, lalu
ku keluarkan selampir kertas.
“ Assalamu’alaikum ukh...
Sungguh tiada suatu maksud buruk aku mengirim
surat ini untuk dirimu, mungkin kau akan merasa bingung atas datangnya surat
konyol ini. Haha tak perlu berbasa-basi panjang lebar. Dinda ( Hehe maaf
lancang), sadarkah kau jika selama ini aku senang memperhatikanmu. Ku rasa ada
suatu keindahan tersendiri dalam dirimu. Auramu begitu kuat ku rasakan, indah
nan cantik. Awalnya aku juga tak mengerti atas apa yang aku rasakan. Namun
lama-lama aku menyadari bahwa aku jatuh cinta. Bayangmu selalu hadir menghiasi
hari-hariku. Mungkin memang sedikit berlebihan, namun aku tulus mengucapkan hal
tersebut. Bukan pula sebuah rayuan gombal yang biasa di lontarkan oleh seorang
laki-laki terhadap perempuan. Ketahuilah wahai bidadari cantik, kau adalah
seorang gadis lembut yang patut bahagia. Aku tahu selama ini kau selalu merasa
sedih, kau bukan wanita lemah, kau kuat. Aku yakin. Ku ingin senyummu kembali
mengembang seperti dulu, senyummu seperti pelangi. Dan akan musnah jika gelap
merambah, begitulah senyummu akan hilang jika kau selalu merasa dirundung duka.
Padahal kau bisa memasang terus senyum itu. Dan yakinlah duniapun akan ikut tersenyum
jika kau bahagia, termasuk diriku. ^_^
Ku
rasa aku sudah mulai kehabisan kata-kata, maklum aku bukan seorang pujangga.
Mungkin sampai di sini dulu. Tapi maaf aku belum bisa menunjukkan identitasku
padamu. Suatu saat nanti kau juga akan tahu siapa aku. Hanya satu permintaan
dariku, tidaklah sulit. Ku hanya ingin kau tersenyum dan kembali ceria seperti
dulu. Tersenyumlah bidadari cantik.
Assalkm,,,,J”
Tanpa nama ataupun identitas dari sang
pengirim, aku semakin penasaran dengan pengirim surat tersebut. Untuk
menghilangkan rasa penasaranku ku temui Wiwik yang sedang bercanda gurau dengan
Ira.
“
Wik, kamu tau nggak ni surat dari siapa? Kamu kan yang tadi pagi ngasih ke
aku.” Tanyaku
“
Aku juga nggak tau Nga, aku mendapatkan surat itu dari Mas Nirwa, tapi surat
itu juga bukan dari Mas Nirwa, dia nggak mau ngasih tau.” Jawab Wiwik
“
hem siapa tahu itu dari Mas Nirwa Wik.” Sahut Eri
“
Nggak mungkin, soalnya dia kan udah ada yang punya.” Kata Wiwik
“
Ya siapa tahu.” Ketus Eri, dari kita bertiga memang hanya si Eri yang ketus.
“
Hussssssssss,,,, nggak boleh Su’udzon,,” kata Wiwik
“
Udah...udah... nggak boleh bertengkar, kita kan saudara.” Kataku
Mereka malah hanya meringis mendengar perkataan
dariku. Mereka memang lucu, aku bahagia memiliki kedua sahabat seperti mereka.
Mereka baik dan tulus, selalu ada di sisiku di saat apapun. Kami saling
berbagi, tak ada hal yang ditutup-tutupi. Apapun yang sedang kita rasakan harus
di bagi bersama, harus dirasakan bersama. J
Aku
tergesa-gesa berangkat menuju ke kampus. Hari ini adalah agendaku mengumpulkan
tugas drama dari dosen, hemmmmm dosen terkiller di jurusan Bahasa Indonesia.
Beliau sangat disiplin dan tegas.
“
Ya Allah tolong hamba, hamba sudah telat setengah jam.” Gumamku sembari
berdo’a.
Jalanku ku percepat, hingga napaskupun
terengah-engah. Ketika sampai di belokan tiba-tiba....
“
Braakkkkkkkkkkkkkkk.......”
Seseorang telah menabrakku. Aku terjatuh, dan
bukuku berserakan di atas lantai. Dengan cepat aku memunguti buku-buku itu.
“
Maaf-maaf,,,,” kata cowok itu
Aku nggak sempat menjawabnya, aku terlalu sibuk
memunguti bukuku. Apalagi kalau mengingat wajah dosen killer itu. Lalu dia
jongkok membantu mengambili bukuku. Tanpa sengaja tangannya menyentuh tanganku,
“deg”
jantungku serasa berhenti.( Heze nggak tahu tu kenapa)
Segera ku tarik tanganku, dan dia pun meminta
maaf kepadaku. Tanpa sengaja pula aku menatap matanya. Subhanallah indah
sekali, wajahnya lembut. Dia tersenyum padaku. Manis banget, Ya Allah makhluk
dari surga kah yang ada di hadapanku sekarang, gumamku.
“
Maaf ya, aku benar-benar nggak sengaja.” Sekali lagi dia mengeluarkan kalimat
itu.
“
Hehe iya nggak papa kog, emmm maaf saya buru-buru harus menemui dosen” kataku
Teringat lagi dengan pak dosen, aku langsung
melesat meninggalkannya.
Sedikit
kesal karena ternyata pak dosen nggak datang ke kampus, ngapain tadi aku mesti
tergesa-gesa coba. Capek juga jalan cepat seperti itu. Merasa kehausan aku pergi
menuju kantin, di sana aku mencari tempat duduk yang palin pojok, hehehe tempat
favorit. Tiba-tiba ingatanku kembali saat aku bertemu dengan seorang laki-laki
tadi pagi, sepertinya dia juga seorang ikhwan. Senyumnya benar-benar indah. Aku
jadi senyum=senyum sendiri, dan dengan kejahilannya si Wiwik mengagetkanku dari
belakang.
“
Doorrrrrrrrr...hayo senyum-senyum sendiri. Obatnya habis neng,,,”
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Lalu ku
ceritakan semua yang ku alami tadi pagi. Wiwik hanya tersenyum, sedangkan si
Eri dengan nggak jelasnya malah ketawa, apa yang lucu coba...
Hujan
baru saja menyapa bumi, udara memang agak dingin ku rasakan. Namun aku udah
punya rencana ingin ke danau sore ini, dan hal tersebut tak dapat menghentikan
niatku untuk pergi ke sana. Sepi, tak seperti biasa. Ku telusuri jalan setapak
di pinggir danau,
“
hemmmmmmmm... segar sekali...” kataku sembari menghirup udara segar
Merasa sudah lelah aku mencari kursi untuk
istirahat sejenak. Ya Allah, aku sudah menyia-nyiakan segala ciptaanmu yang
indah ini, kenapa aku malah putus asa Cuma karena cinta yang telah buatku jatuh
Aku ingin
bangkit, masa depanku masih panjang. Tanpa dia pun aku masih punya masa depan.
“
Bunga...”
Aku terkagetkan oleh suara itu, sepertinya aku
mengenal betul. Mas Malik, ya seperti suara Mas Malik. Tapi mana mungkin,
gumamku. Merasa semakin penasaran aku menoleh. Dan alangkah kagetnya diriku,
ternyata cowok tadi pagi yang menabrakku. Aneh, kenapa dia tahu namaku?.
“
Kamu siapa?” tanyaku
“
Kamu pasti bingung kenapa aku mengenalmu.” Katanya
Semakin membuatku bingung. Dia memperkenalkan
namanya, namanya Ihsan. Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris juga. Bukan hanya itu,
bahkan dia ada;ah sahabatnya Mas Malik. Lalu dia menceritakan semua kebenaran
yang selama ini tersimpan. Dan dia juga menceritakan bahwa sebenarnya Mas Malik
sangat mencintaiku. Namun dia mengalah kepada sahabatnya sendiri, Mas Ihsan.
Mas Malik tahu jika Mas Ihsan sebenarnya menyukaiku untuk itu aku baru tahu
kenapa selama ini dia selalu menghindariku, bahkan berusaha supaya membuatku
membenci dia. Air mataku kembali tumpah. Aku jahat merasa telah kepada Mas
Malik kenapa aku membencinya.
“
Nga, kamu tahu nggak bahwa sebenarnya aku tu menyayangimu. Ya mungkin kamu
marah padaku, gara-gara aku kamu nggak bisa bersatu dengan Malik.” Ucapnya lirih
“
Kamu nggak salah Mas, memang sudah ditakdirkan aku tak bisa bersama dengan Mas
Malik. Dan kecelakaan itu memang sudah merenggut nyawanya Mas Malik. Aku memang
sedih, tapi aku juga tidak mau lama-lama tenggelam dalam kesedihanku tersebut.
“
Aku hargai jika mas punya rasa terhadapku, dan ku juga ingin berterima kasih.
Namun ketahuilah, Hatiku baru sembuh dari luka dan aku belum bisa menerima
orang lain untuk mengisinya.” Kataku
Maaf mas, bukan maksud menolak tapi ku yakin
ini adalah keputusan terbaik yang bisa ku lakukan saat ini. Aku belum siap
dengan semuanya, dan aku juga tak ingin ada luka jika kelak kita bersama.
Pertemuan tadi pagi memang buatku merasa ada sesuatu dalam dirimu, sesuatu yang
ku harap mampu ku dapatkan dari Mas Malik.
“
Aku harus pulang, assalamu’alaikum.” Untuk yang kedua kalinya aku meninggalkan
seorang laki-laki di pinggir danau. Dia kecewa, pasti.