Selasa, 23 Oktober 2012

Surat Merah Jambu


“Kau ingin berapa?” tanya kakak angkatanku di kampus. Dengan senyum aku menjawab, “ dua boleh mas”. Berawal dari sanalah awal pertemuanku dengan seorang ikhwan, tidak ganteng dan menurutku dia biasa saja bahkan tidak ada sesuatu yang ku rasakan selain rasa senang bisa bertemu dengan orang-orang baru. Namanya Malik, orangnya ramah. Dan dia akan jadi partner kerjaku dalam sebuah penelitian. Lama-lama dengan kebersamaan ini, aku mulai merasakan suatu keanehan.
Aku bahagia jika berada di dekat dia, dan rasa rindupun mulai menggerogoti perasaanku ketika lama tak berjumpa dengannya. Entah rasa apa yang kini telah merasukiku, aku mulai tak nyaman dengan semua ini. Dan aku ingin semua kembali normal seperti semula, di mana perasaan itu belum tumbuh di dalam hati kecilku. Aku sadar sebenarnya aku sudah mulai jatuh cinta kepada,namun memang sangatlah sulit untuk mengakuinya.
Hari-hari terus berjalan, aku mulai hampa karena kesempatanku untuk bertemu dengannya kini mulai berkurang, bahkan sekarang perasaan cemburu juga mulai menggelayutiku. Aku semakin tak nyaman dengan semua ini. “Ya Allah aku tak sanggup,buang saja perasaan ini dari benakku”.
Pagi ini aku berangkat ke kampus bersama dua sahabatku, Wiwik dan Eri. Hmm dari tadi bicara panjang lebar ngomong-ngomong aku belum memperkenalkan diriku sendiri. Namaku Bunga, aku adalah seorang mahasiswi jurusan Bahasa Indonesia semester dua. Kami bertiga adalah tiga bersahabat yang selalu bersama, tujuh tahun kami bersahabat, ya semenjak kami kelas tujuh SMP, dan Alhamdulillah mampu bertahan hingga sekarang. Ketika melewati Gedung Bahasa Inggris tiba-tiba mataku menangkap suatu pemandangan indah, Ya dia yang selalu ku rindukan. Hatiku mendadak gugup, bahkan untuk melangkah pun rasanya berat sekali. Dengan tertunduk aku lewat di depannya. Dan sepertinya tak ada respons dari dirinya, sedih sungguh sangat sedih. Ku kira dia bakal menyapaku, setidaknya tersenyumlah padaku. Namun,,,hah Cuma harapan kosong. Apakah dia lupa terhadapku?, mana mungkin?. Penelitian juga baru saja selesai, dan hampir satu tahun kita bekerja sama. Apa mungkin dia malu untuk menyapaku?. Tak tahulah,,, Aku memang kecewa namun ku berpikir positif saja, mungkin dia tak melihatku.
“ Kau kenapa?” tanya Eri.
“ Ah aku tak apa-apa” dengan tersenyum ku jawab pertanyaan sahabatku itu.
Hatiku mungkin sedikit kacau, aku ingin dia mengetahui seluruh perasaanku, ingin ku ungkapkan semuanya.
          Sore itu aku merasa sedikit bosan berada di kos, ku putuskan untuk pergi keluar mencari udara segar. Hujan memang baru saja reda, dan aroma tanah yang baru terguyur hujanpun masih sedap ku nikmati. Dadaku sedikit lega, dan sedikit senyum mulai mengembang di bibirku. Memang tak ada yang lebih indah dibandingkan semua karya ciptaan Tuhan. Hatiku juga mulai tenang. Ku telusuri pinggiran danau kecil di dekat kos, danau ini memang indah, di pinggirnya terdapat bermacam-macam bunga, warna-warni dan menghiasi sepanjang pinggir danau. Di atasnya beterbangan kupu-kupu elok nan cantik. Hatiku tersenyum, begitupun bibirku. Namun sekejap musnah ketika seorang laki-laki mendekatiku, dan sepertinya ku mengenalnya, ya Mas Malik.
          “ Assalamu’alaikum,,,” dia mengucapkan salam padaku.
          “ Wa,,,Wa’alaikumsalam” sedikit tergagap aku menjawabnya.
          “ Sedang apa Dek?” tanya mas Malik
          “ Mencari udara segar mas, suntuk di kos terus” jawabku
Dia tersenyum, indah sekali. Serasa mendapatkan sebuah keajaiban, aku bisa bertemu sekaligus ngobrol dengan dia lagi setelah sekian lama kami tidak berkomunikasi.
          Dari pertemuan itu, lama-lama kami jadi dekat. Sering jalan bareng, pergi bareng. Bahkan kami saling berbagi ilmu agama. Suatu ketika dia mengungkapkan perasaannya padaku.
          “ Bunga, bolehkah aku jujur padamu?” tanya Mas Malik
          “ Boleh mas, ada apa ya?” jawabku
          “ Sebenarnya aku,,,aku sayang sama kamu”. Kata Mas Malik
Deg,,,hatiku seperti tersambar petir yang begitu menggelegar. Benarkah yang dia ucapkan itu?. Apa mungkin dia salah ucap?. Apa mungkin ini hanya mimpi?.
          “ Maksud mas bicara seperti itu apa?” tanyaku
          “ Hehe,,,sudahlah lupakan saja,,,udah larut ni,,,yuk pulang!!” kata Mas Malik
Aku pergi dengan perasaan yang tak keruan,apa maksud dia bicara seperti itu?.
          Lama perasaan ini ku pendam semakin sakit ku rasakan. Apalagi setelah peristiwa sore itu. Aku mulai terpuruk karena cintaku padanya, tak semestinya aku seperti ini, tapi aku juga tak mampu mengelak. Kedua sahabatku pun mulai bingung dengan perilakuku akhir-akhir ini. Aku menjadi pendiam, padahal dulu aku adalah seorang gadis yang selalu ceria dan periang. Ku putuskan untuk melupakannya. Aku mencari kesibukan-kesibukan lain yang sangat menyita waktuku. Aku mengikuti sebuah organisasi kesukarelaan yang ada di kampus. Mulai dari kegiatan-kegiatan itu sedikit demi sedikit aku mampu melupakannya.
          Saat ku sedang melamun di pinggir danau, tiba-tiba dia mengagetkanku.
          “ Mas Malik,,, suka banget ngagetin orang” kataku
Dengan bangga dia malah tersenyum.
          “Bunga,,,” Dia memanggil namaku
          “Ada apa mas?” tanyaku, sepertinya ada yang aneh
          “Aku senang mengenalmu. Apakah kamu juga senang mengenalku?” tanya Mas Malik
          “Senang mas dan aku bahagia, kok mas tanya seperti itu?” dengan sedikit gugup aku menjawab pertanyaan yang sebelumnya tak pernah ku duga itu.
Sekali lagi dia tersenyum.
          “Aku senang sekali mengenalmu,,,” kata Mas Malik.
Namun tanpa permisi tiba-tiba saja dia meninggalkanku. Aku masih tak mengerti dengan apa yang dia lakukan. Hatiku sakit, tapi aku juga menangkap ada sesuatu yang aneh dalam raut mukanya tadi. Sepertinya dia sendiri juga merasakan kesedihan yang amat mendalam. Aku benar-benar tak mengerti dengan apa yang telah dia lakukan.
          Berminggu-minggu aku mengurung diri dari dunia luar, bahkan dari kedua sahabatku. Namun berkat pengertian  dari mereka akhirnya aku luluh juga. Aku tersadar hanya motivasi dari diriku sendiri aku mampu bangkit, dan semangat itu harus aku tanam terus agar aku tidak  mudah terpuruk apalagi jika itu karena cinta. Amat tak pantas ku hancurkan indahnya hari-hariku hanya karena seorang ikhwan yang selalu buatku tak mengerti. Hari-hari terus berganti, dengan susah payah aku melupakannya.
Kedua sahabatku mengajak ku pergi ke suatu taman, mereka memang selalu mengerti perasaanku. Bahkan di saat aku gundah seperti ini.
          “ Sudahlah Nga, lupakan saja dia,! Toh masih banyak ikhwan-ikhwan lain di luar sana.” Kata Wiwik
Aku hanya tersenyum menanggapi perkataan sahabatku itu, memang masih banyak laki-laki di luar sana namun yang namanya cinta itu kan tidak dapat untuk dipaksakan. Dikala teman-teman sedang menghiburku tiba-tiba ku melihatnya, dan yang paling membuatku sakit dia sedang bersama seorang akhwat. Sepertinya mereka bahagia sekali. Air mataku tumpah seketika, tubuhku lemas. Kedua sahabatku bingung.
          “ kamu kenapa?” tanya Eri
          “ Aku ingin pulang saja Ri,,” jawabku
Mereka mungkin bingung, namun ku juga tak mampu jika berlama-lama berada di sini.
          Dua  bulan kemudian,,,,
          “Bip...bip...” suara Hp mungilku
          “ Bisa bertemu sekarang di danau seperti biasa kita bertemu?” Isi sms itu
Tidak ada nama pengirimnya,
          “ Dari siapa ini?” gumamku
Tanpa pikir panjang langsung saja aku menuju danau, di sana memang ada seseorang tengah duduk di kursi yang tersedia di pinggir danau. Mas Malik.
          “ Mas Malik ?” panggilku
          “ Bunga,,,silahkan duduk!” katanya
          “ Ada apa mas?” tanyaku
Aku merasa gugup, entah apa yang akan terjadi terserahlah. Aku sudah pasrah dan siap mendengar kata-kata apa saja  yang akan keluar dari bibirnya.
          “ Sebenarnya aku sangat meyayangimu. Ingatkah kamu, dulu aku pernah mengucapkan kata-kata serupa di tempat ini pula.” Katanya
          “ I...iya,,,” jawabku
          “ Aku serius mengucapkan hal tersebut, nggak  main-main, bukan sebuah permainan, bukan untuk menyakitimu. Aku tahu selama ini kamu begitu terluka. Maafkan aku,!” kata Mas Malik
Aku tak menjawab apa-apa, karena aku sudah tak mampu berkata apa-apa. Aku juga sudah tidak tahu mau berbuat apa. Justru air mataku lah yang menjawab, tetes demi tetes air mata mengalir lembut di pipiku. Merasa sudah tidak kuat aku pergi meninggalkan Mas Malik,
          “ maaf mas, ku harus pergi,,,!” kataku
Tanpa menunggu jawaban Mas Malik aku langsung pergi meninggalkannya.
          “ Bunga..”
Masih sempat ku dengar kata dari dia tersebut, namun tak ku hiraukan.
          “ Bip...bip...” Hpku bergetar
          “ Maafkan aku Bunga,,,!” sms dari Mas Malik
          Keesokan harinya Eri datang ke rumahku pagi-pagi sekali. Aneh, karena tak biasanya seperti itu.
          “ Nga, kamu yang sabar ya?” kata Eri
          “ Eri, ada apa ? Apa yang terjadi?” tanyaku
          “ Mas Malik Nga...”
          “ Mas Malik, kenapa dengan dia?” tanyaku khawatir
          “ Mungkin kemarin adalah pertemuan terakhirmu dengan Mas Malik,” kata Eri
          “ Maksudmu pa Ri?” tanyaku penuh linangan air mata
          “ Dia kecelakaan tadi malam, dan sepertinya nyawanya memang sudah tidak bisa di selamatkan lagi” kata Eri
Sontak tubuhku terkulai lemas, air mataku leleh. Pikiranku kacau, apa mungkin setelah kejadian kemarin dia kecelakaan?. Apa semua ini karena aku?. Ingin rasanya aku menjerit. Aku berlari menuju danau, di belakang Eri mengikutiku.
          “ Bunga... kamu mau kemana?” teriak Eri
Di danau aku menjerit sekeras-kerasnya.
          “ Ya Allah... kenapa Kau renggut nyawanya? Dia nggak salah, aku yang salah... kembalikan dia...” aku menjerit dan terus menjerit
          “Arrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrgggggggggggghhhhhhhhhhhhhhh.....
          Mas Alifffffffffffffff............jangan tinggalin aku.......” jeritku
Eri mendekap tubuhku dengan erat.
          “ sabar Nga... Istighfar....” kata Eri
          Di pemakaman aku hanya mampu meneteskan air mata, untuk berkata-kata saja aku sudah tidak mampu. Hanya penyesalan dan penyesalan saja yang kini menghantuiku. Cintaku terlalu dalam untukmu, dan kini ku baru tersadar ternyata kaupun juga mencintaiku. Terlalu jahat juga jika aku menyalahkan Tuhan, Dia tahu apa yang terbaik untuk umatnya.
          “ Ya Allah maafkan aku atas segala dosa-dosaku selama ini. Dan terimalah dia di sisimu. “
Di tempat ini untuk kesekian kalinya ku teteskan air mata, tempat terakhir ku berjumpa dengan dia. Menjadi saksi bisu pertemuan terakhirku dengannya. Akan menjadi harapan kosong jika aku terus mengharapkannya. Dia telah tiada, maut telah merenggutnya. Dan cintanya akan abadi terkenang selamanya.
         
Beberapa bulan berlalu.
          “ Assalamu’alaikum...” sapa Wiwik
          “ Tumben pagi-pagi udah nongol di kampus neng” kataku
          “ Hehe ada janji ma seseorang” jawab Ukhtiku yang satu ini
Kemudian dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya, sebuah benda kecil yang terbungkus amplop pink nan rapih.
          “ Ni untuk kamu” kata Wiwik sambil menyerahkan amplop itu padaku
          “ Ini apa?” tanyaku
          “ Dari seorang ikhwan” Wiwik tersenyum sembari melangkah meninggalkanku
          Aku penasaran dengan isi yang ada di dalam surat tersebut. Pelan-pelan ku buka, lalu ku keluarkan selampir kertas.
   
“ Assalamu’alaikum ukh...
Sungguh tiada suatu maksud buruk aku mengirim surat ini untuk dirimu, mungkin kau akan merasa bingung atas datangnya surat konyol ini. Haha tak perlu berbasa-basi panjang lebar. Dinda ( Hehe maaf lancang), sadarkah kau jika selama ini aku senang memperhatikanmu. Ku rasa ada suatu keindahan tersendiri dalam dirimu. Auramu begitu kuat ku rasakan, indah nan cantik. Awalnya aku juga tak mengerti atas apa yang aku rasakan. Namun lama-lama aku menyadari bahwa aku jatuh cinta. Bayangmu selalu hadir menghiasi hari-hariku. Mungkin memang sedikit berlebihan, namun aku tulus mengucapkan hal tersebut. Bukan pula sebuah rayuan gombal yang biasa di lontarkan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan. Ketahuilah wahai bidadari cantik, kau adalah seorang gadis lembut yang patut bahagia. Aku tahu selama ini kau selalu merasa sedih, kau bukan wanita lemah, kau kuat. Aku yakin. Ku ingin senyummu kembali mengembang seperti dulu, senyummu seperti pelangi. Dan akan musnah jika gelap merambah, begitulah senyummu akan hilang jika kau selalu merasa dirundung duka. Padahal kau bisa memasang terus senyum itu. Dan yakinlah duniapun akan ikut tersenyum jika kau bahagia, termasuk diriku. ^_^
    Ku rasa aku sudah mulai kehabisan kata-kata, maklum aku bukan seorang pujangga. Mungkin sampai di sini dulu. Tapi maaf aku belum bisa menunjukkan identitasku padamu. Suatu saat nanti kau juga akan tahu siapa aku. Hanya satu permintaan dariku, tidaklah sulit. Ku hanya ingin kau tersenyum dan kembali ceria seperti dulu. Tersenyumlah bidadari cantik.
   
Assalkm,,,,J

Tanpa nama ataupun identitas dari sang pengirim, aku semakin penasaran dengan pengirim surat tersebut. Untuk menghilangkan rasa penasaranku ku temui Wiwik yang sedang bercanda gurau dengan Ira.
          “ Wik, kamu tau nggak ni surat dari siapa? Kamu kan yang tadi pagi ngasih ke aku.” Tanyaku
          “ Aku juga nggak tau Nga, aku mendapatkan surat itu dari Mas Nirwa, tapi surat itu juga bukan dari Mas Nirwa, dia nggak mau ngasih tau.” Jawab Wiwik
          “ hem siapa tahu itu dari Mas Nirwa Wik.” Sahut Eri
          “ Nggak mungkin, soalnya dia kan udah ada yang punya.” Kata Wiwik
          “ Ya siapa tahu.” Ketus Eri, dari kita bertiga memang hanya si Eri yang ketus.
          “ Hussssssssss,,,, nggak boleh Su’udzon,,” kata Wiwik
          “ Udah...udah... nggak boleh bertengkar, kita kan saudara.” Kataku
Mereka malah hanya meringis mendengar perkataan dariku. Mereka memang lucu, aku bahagia memiliki kedua sahabat seperti mereka. Mereka baik dan tulus, selalu ada di sisiku di saat apapun. Kami saling berbagi, tak ada hal yang ditutup-tutupi. Apapun yang sedang kita rasakan harus di bagi bersama, harus dirasakan bersama. J
          Aku tergesa-gesa berangkat menuju ke kampus. Hari ini adalah agendaku mengumpulkan tugas drama dari dosen, hemmmmm dosen terkiller di jurusan Bahasa Indonesia. Beliau sangat disiplin dan tegas.
          “ Ya Allah tolong hamba, hamba sudah telat setengah jam.” Gumamku sembari berdo’a.
Jalanku ku percepat, hingga napaskupun terengah-engah. Ketika sampai di belokan tiba-tiba....
          “ Braakkkkkkkkkkkkkkk.......”
Seseorang telah menabrakku. Aku terjatuh, dan bukuku berserakan di atas lantai. Dengan cepat aku memunguti buku-buku itu.
          “ Maaf-maaf,,,,” kata cowok itu
Aku nggak sempat menjawabnya, aku terlalu sibuk memunguti bukuku. Apalagi kalau mengingat wajah dosen killer itu. Lalu dia jongkok membantu mengambili bukuku. Tanpa sengaja tangannya menyentuh tanganku,
          “deg” jantungku serasa berhenti.( Heze nggak tahu tu kenapa)
Segera ku tarik tanganku, dan dia pun meminta maaf kepadaku. Tanpa sengaja pula aku menatap matanya. Subhanallah indah sekali, wajahnya lembut. Dia tersenyum padaku. Manis banget, Ya Allah makhluk dari surga kah yang ada di hadapanku sekarang, gumamku.
          “ Maaf ya, aku benar-benar nggak sengaja.” Sekali lagi dia mengeluarkan kalimat itu.
          “ Hehe iya nggak papa kog, emmm maaf saya buru-buru harus menemui dosen” kataku
Teringat lagi dengan pak dosen, aku langsung melesat meninggalkannya.
          Sedikit kesal karena ternyata pak dosen nggak datang ke kampus, ngapain tadi aku mesti tergesa-gesa coba. Capek juga jalan cepat seperti itu. Merasa kehausan aku pergi menuju kantin, di sana aku mencari tempat duduk yang palin pojok, hehehe tempat favorit. Tiba-tiba ingatanku kembali saat aku bertemu dengan seorang laki-laki tadi pagi, sepertinya dia juga seorang ikhwan. Senyumnya benar-benar indah. Aku jadi senyum=senyum sendiri, dan dengan kejahilannya si Wiwik mengagetkanku dari belakang.
          “ Doorrrrrrrrr...hayo senyum-senyum sendiri. Obatnya habis neng,,,”
Aku hanya tersenyum mendengarnya. Lalu ku ceritakan semua yang ku alami tadi pagi. Wiwik hanya tersenyum, sedangkan si Eri dengan nggak jelasnya malah ketawa, apa yang lucu coba...
          Hujan baru saja menyapa bumi, udara memang agak dingin ku rasakan. Namun aku udah punya rencana ingin ke danau sore ini, dan hal tersebut tak dapat menghentikan niatku untuk pergi ke sana. Sepi, tak seperti biasa. Ku telusuri jalan setapak di pinggir danau,
          “ hemmmmmmmm... segar sekali...” kataku sembari menghirup udara segar
Merasa sudah lelah aku mencari kursi untuk istirahat sejenak. Ya Allah, aku sudah menyia-nyiakan segala ciptaanmu yang indah ini, kenapa aku malah putus asa Cuma karena cinta yang telah buatku jatuh
 Aku ingin bangkit, masa depanku masih panjang. Tanpa dia pun aku masih punya masa depan.
          “ Bunga...”
Aku terkagetkan oleh suara itu, sepertinya aku mengenal betul. Mas Malik, ya seperti suara Mas Malik. Tapi mana mungkin, gumamku. Merasa semakin penasaran aku menoleh. Dan alangkah kagetnya diriku, ternyata cowok tadi pagi yang menabrakku. Aneh, kenapa dia tahu namaku?.
          “ Kamu siapa?” tanyaku
          “ Kamu pasti bingung kenapa aku mengenalmu.” Katanya
Semakin membuatku bingung. Dia memperkenalkan namanya, namanya Ihsan. Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris juga. Bukan hanya itu, bahkan dia ada;ah sahabatnya Mas Malik. Lalu dia menceritakan semua kebenaran yang selama ini tersimpan. Dan dia juga menceritakan bahwa sebenarnya Mas Malik sangat mencintaiku. Namun dia mengalah kepada sahabatnya sendiri, Mas Ihsan. Mas Malik tahu jika Mas Ihsan sebenarnya menyukaiku untuk itu aku baru tahu kenapa selama ini dia selalu menghindariku, bahkan berusaha supaya membuatku membenci dia. Air mataku kembali tumpah. Aku jahat merasa telah kepada Mas Malik kenapa aku membencinya.
          “ Nga, kamu tahu nggak bahwa sebenarnya aku tu menyayangimu. Ya mungkin kamu marah padaku, gara-gara aku kamu nggak bisa bersatu dengan Malik.” Ucapnya lirih
          “ Kamu nggak salah Mas, memang sudah ditakdirkan aku tak bisa bersama dengan Mas Malik. Dan kecelakaan itu memang sudah merenggut nyawanya Mas Malik. Aku memang sedih, tapi aku juga tidak mau lama-lama tenggelam dalam kesedihanku tersebut.
          “ Aku hargai jika mas punya rasa terhadapku, dan ku juga ingin berterima kasih. Namun ketahuilah, Hatiku baru sembuh dari luka dan aku belum bisa menerima orang lain untuk mengisinya.” Kataku
Maaf mas, bukan maksud menolak tapi ku yakin ini adalah keputusan terbaik yang bisa ku lakukan saat ini. Aku belum siap dengan semuanya, dan aku juga tak ingin ada luka jika kelak kita bersama. Pertemuan tadi pagi memang buatku merasa ada sesuatu dalam dirimu, sesuatu yang ku harap mampu ku dapatkan dari Mas Malik.
          “ Aku harus pulang, assalamu’alaikum.” Untuk yang kedua kalinya aku meninggalkan seorang laki-laki di pinggir danau. Dia kecewa, pasti. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar