Perjuangan ini
sangatlah berarti untukku. Berawal dari kewajibanku sebagai seorang mahasiswa
penerima beasiswa untuk mengikuti sebuah workshop yang diadakan oleh salah satu
organisasi di kampus. Di sana aku dikenalkan tentang apa itu PKM (Program
Kreativitas Mahasiswa). Awalnya aku tidak tertarik untuk membuat PKM,alasannya
karena aku belum tau cara membuatnya. Bahkan aku merasa malas sekali untuk
membuatnya. Tapi oleh kakak-kakak di sana,kami dibuat kelompok dan diberi
seorang pembimbing di mana dia sudah berpengalaman dalam hal karya ilmiah. Setelah
acara workshop,sering diadakan pertemuan seminggu sekali untuk bimbingan.
Pertemuan pertama kami membentuk kelompok PKM dan di sana kami disuruh membuat
tema yang akan dipakai untuk PKM. Sedikit demi sedikit kami disuruh
mengembangkannya. Dari latar belakang hingga daftar pustaka.
Berminggu-minggu
berlalu, aku berhasil menyelesaikan proposalku dengan dibantu oleh kelompokku,
mereka adalah Arinta, Uul, Mas Rif’an dan Mas Fauzan. Kami dibimbing oleh
seorang dosen pembimbing dari jurusan Biologi.
Ternyata
perjuanganku tak berujung disini. Hari itu hari jum’at, namun entah aku lupa
tanggal berapa. Di Simawa terpampang pengumuman bahwa hari itu adalah hari
terakhir pengumpulan proposal. Aku sedikit tenang karena sudah berhasil
menyelesaikan proposal, dan tinggal tanda tangan serta stempel dari kepala
jurusan. Tanda tangan dosen pembimbing sudah berhasil kami dapatkan. Di sini
aku dibantu oleh Uul seorang. Kami berdua keluntang-klantung ke sana ke mari
meminta tanda tangan. Dan betapa malang nasib kami karena kepala jurusan waktu
itu sedang tidak ada. Terpaksa proposal yang sudah jadi harus dibongkar untuk
mengganti tertanda menjadi sekretaris jurusan. Setelah berhasil diganti, aku
memintakannya tanda tangan kepada sekretaris jurusan. Akan tetapi ternyata
Allah berkehendak lain, ternyata masih terdapat kesalahan yang terdapat dalam
proposal itu. Dengan sisa-sisa tenagaku aku berlari ke tempat print-printan
untuk mengganti proposalku, karena jika tidak diganti sekretaris jurusan tidak
akan mau menanda tanganinya.
Tanda tangan
sekretaris jurusan berhasil ku dapatkan, meskipun aku rasa proposalku tidak
sempurna, namun aku sudah tidak menghiraukannya. Karena kurasakan bahwa aku
sudah tidak sanggup jika harus memperbaikinya lagi di tempat print-printan.
Kemudian aku mencari temanku, karena salah satu data penting dibawa olehnya,
namun aku tak juga bertemu dengannya. Dengan modal nekat ku langkahkan kakiku
menuju simawa. Di sana aku mencoba berbicara kepada salah satu pegawai.
Ternyata aku tidak diperkenankan mengumpulkan proposal jika data yang ku
kumpulkan tidak lengkap. Dan pegawai itu bilang lebih baik proposal di
kumpulkan pada hari senin saja. Aku merasa syok ternyata hari itu bukan hari
terakhir pengumpulan proposal. Lalu aku bertemu dengan Uul.
Pada sebuah
tangga kecil, di depan Laboratorium Matematika aku menangis sesenggukan. Aku menangis
bukan karena bahagia atau terharu. Aku menangis karena saat itu aku sudah
merasakan kelelahan yang begitu amat. Mungkin aku akan menyerah bila semua itu
ku lakukan hanya untuk diriku sendiri. Tapi aku ingat akan teman-teman dan
kakak-kakak yang sudah membantuku dalam menyelesaikannya. Banyak orang lewat
yang memandangku, aku tak merasa malu. Biarlah mereka berfikir apa, karena
waktu itu aku memang benar-benar sudah merasa lelah. Aku juga baru tersadar
ternyata flashdiskku hilang tertinggal di tempat print-printan.
Tak lama Mas
Fauzan meneleponku, aku menceritakan semua yang terjadi sambil nangis. Tapi di
sana dia malah menertawakanku. Kemudian aku menyerahkan sepenuhnya urusan
proposal tersebut kepadanya, untung saja dia mau. Aku merasa lega. Setelah ku
sadari, ternyata aku menangis di tempat umum. “Ya Allah tak apalah, semoga
semua ini ada hikmahnya,,!!” do’aku. Pulang dari kampus aku langsung mengepakki
barang-barangku, karena hari itu aku memang punya rencana untuk pulang kampung.
Bersambung...................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar