Senin, 26 Agustus 2013




PAPER
BIOPER ( Bio-Pangium edulis Reinw.): INSEKTISIDA NABATI PEMBASMI HAMA YANG PRAKTIS, EKONOMIS DAN RAMAH LINGKUNGAN

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Taksonomi Tumbuhan



disusun oleh:
Nama          : Zahrotun Nisa’
NIM           : 4401411093
Rombel       : 4


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

BIOPER ( Bio-Pangium edulis Reinw.): INSEKTISIDA NABATI PEMBASMI HAMA YANG PRAKTIS, EKONOMIS DAN RAMAH LINGKUNGAN

Zahrotun Nisa’, 4401411093, Rombel 4 , Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.

Abstrak
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya mendapat penghasilan dari hasil pertanian. seiring dengan dengan pertambahan penduduk kebutuhan akan bahan pangan semakin meningkat. Berbagai upaya peningkatan intensifikasi pertanian dilakukan, akan tetapi banyak hambatan yang dialami seperti semakin kecilnya subsidi pemerintah terhadap sarana produksi pertanian. Permasalahan yang juga  tak luput dialami oleh petani adalah penyakit-penyakit atau hama yang menyerang tanaman sehingga mampu merugikan petani. Selama ini petani menggunakan insektisida sebagai upaya dalam penanggulangan hama tersebut. Dibanding dengan insektisida kimia, insektisida nabati kini semakin ditinggalkan karena dianggap kurang praktis. Penggunaan insektisida kimia pada umumnya kurang aman karena berdampak samping yang merugikan terhadap kesehatan dan lingkungan hidup. Untuk itu insektisida kimia yang merupakan komponen penting dalam pengendalian hama terpadu perlu dicari penggantinya. Alternatif yang perlu dikembangkan produk alam hayati (Secondary metabolite) yang pada umumnya merupakan senyawa kimia berspektrum sempit terhadap organisme sasaran. Penggunaan insektisida kimia juga dapat menghabiskan banyak uang karena harga insektisida kimia yang lebih mahal. Kluwak atau Picung (Pangium edule Reinw.) merupakan tanaman yang banyak manfaatnya, terutama daun dan bijinya yang dapat digunakan untuk membasmi hama (pestisida). Tanaman kluwak mengandung asam sianida yang cukup besar jumlahnya baik pada batang, daun, dan buah. Asam Sianida merupakan salah satu jenis racun yang paling toksik, bereaksi cepat dalam tubuh hewan maupun manusia, dan dapat menyebabkan kematian akut. Sehingga tanaman ini sangat bagus digunakan sebagai pembasmi hama yang alami. Sebagai insektisida nabati, insektisida dari kluwak sangat aman bagi manusia dan lingkungan serta di samping itu pula untuk mendukung  pertanian organik dan di lain pihak untuk mengurangi penggunaan insektisida sintetis, diperlukan alternatif pengendalian yang ramah lingkungan dan murah harganya .

Kata Kunci: Insektisida Nabati, Pangium edulis Reinw., Ramah Lingkungan.






BIOPER ( Bio-Pangium edulis Reinw.): INSEKTISIDA NABATI PEMBASMI HAMA YANG PRAKTIS, EKONOMIS DAN RAMAH LINGKUNGAN


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar penduduknya mendapat penghasilan dari hasil pertanian. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan akan bahan pangan semakin meningkat. Berbagai upaya peningkatan intensifikasi pertanian dilakukan, akan tetapi banyak hambatan yang dialami seperti semakin kecilnya subsidi pemerintah terhadap sarana produksi pertanian (pupuk, pestisida, alat pertanian, benih dan bibit. Sampai saat ini krisis ekonomi dialami oleh Indonesia, salah satunya yang merasakan dampaknya adalah petani, dimana harga pupuk dan alat-alat pertanian semakin mahal namun daya jual hasil pertanian semakin berkurang. Tentu saja hal ini sangat merugikan petani. Selain itu, permasalahan yang tak luput dialami oleh petani adalah penyakit-penyakit atau hama yang menyerang tanaman sehingga mampu merugikan petani.
Salah satu cara penanggulangan hama yang biasa digunakan adalah dengan insektisida. Dalam aplikasinya insektisida terdiri dari insektisida nabati dan insektisida kimia. Dibanding dengan insektisida kimia, insektisida nabati kini semakin ditinggalkan karena dianggap kurang praktis. Namun keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan ekologi yang tidak menguntungkan bagi tanaman. Melihat kenyataan itu, kini perlu adanya penggalakan insektisida nabati sebagai alternatif lain Insektisida nabati adalah berasal dari bahan tumbuhan yang diekstraksi kemudian diproses menjadi konsentrat dengan tidak mengubah struktur kimianya . Insektisida ini mudah terurai atau terdegradasi sehingga tidak persisten di alam ataupun pada bahan makanan. Oleh karena itu insektisida nabati sangat aman bagi manusia dan lingkungan serta di samping itu pula untuk mendukung  pertanian organik dan di lain pihak untuk mengurangi penggunaan insektisida sintetis, diperlukan alternatif pengendalian yang ramah lingkungan dan murah harganya . Salah satunya adalah dengan menggunakan insektisida yang berasal dari bahan alami asal tumbuhan . Insektisida nabati ini memiliki sifat spesifik sehingga aman bagi musuh alami hama. Residunya pun mudah terurai sehingga aman bagi lingkungan . Bahan bakunya dapat diperoleh dengan mudah dan murah . Kelebihan lain dari insektisida nabati adalah dapat dibuat dengan teknologi sederhana, sehingga mudah diadopsi oleh petani kecil . Hal ini sesuai dengan pertanian yang berkelanjutan yang berupaya mengurangi masukan dari luar . Meskipun demikian insektisida nabati/botani dapat juga dikembangkan dalam skala industri sehingga dapat berperan sebagai satu komponen pengembangan ekonomi negara, membuka lapangan kerja dan menghemat devisa karena dapat menekan impor insektisida sintetis . Salah satu keanekaragaman hayati Indonesia yang dapat dimanfaatkan menjadi insektisida nabati adalah Pangium edule Reinw atau yang biasa disebut masyarakat dengan nama kluwak, kluwek, picung (Sunda), kepayang.
Kluwak atau Picung (Pangium edule Reinw.) merupakan tanaman yang banyak manfaatnya, terutama daun dan bijinya untuk membasmi hama (pestisida).
Manfaat pohon kluwek :
a.     Kayunya digunakan untuk membuat batang korek api.
b.     Daunnya sebagai obat cacing.
c.     Bijinya sebagai antiseptik.
d.     Bijinya dihaluskan dapat menghilangkan kutu pada kerbau.
e.     Biji keluwek dapat dibuat minyak sebagai pengganti minyak kelapa.      
 Keaktifan dalam biji kluwak disebabkan adanya sianida sebagai hasil hidrolisis sianogen gynocardine oleh enzim gynocardase yang ditemukan dalam semua bagian dari tanaman kluwak. Sianida merupakan salah satu jenis racun yang paling toksik, bereaksi cepat dalam tubuh hewan maupun manusia, dan dapat menyebabkan kematian akut. Oleh karena itu perlu mengetahui lebih dahulu keberadaan kandungan dan stabilitas racun sianida dalam biji kluwak, sehingga akan diperoleh perkiraan preparasi biji kluwak yang sesuai dengan penggunaannya sebagai pestisida botani.

Rumusan Masalah

a.    Bagaimana cara mengatasi masalah  lingkungan terutama karena penggunaan insektisida kimia yang menyebabkan kerusakan ekologi?
b.    Potensi apakah yang terdapat pada tumbuhan kluwek (Pangium edule Reinw) dalam memperbaiki kualitas lingkungan terutama peranannya dalam pertanian?
c.    Bagaimana cara pembuatan insektisida nabati dari tumbuhan kluwek (Pangium edule Reinw)?

Tujuan
a.    Mengetahui cara untuk mengatasi masalah lingkungan terutama karena penggunaan insektisida kimia yang menyebabkan kerusakan ekologi.
b.    Mengetahui potensi yang terdapat pada tumbuhan kluwek (Pangium edule Reinw) dalam memperbaiki kualitas lingkungan terutama peranannya dalam pertanian
c.    Mengetahui cara pembuatan insektisida nabati dari tumbuhan kluwek (Pangium edule Reinw)

Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari penulisan gagasan ini adalah sebagai berikut:
a.    Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kreativitas mahasiswa sekaligus dapat mengetahui cara pengendali hama terutama insektisida pada tanaman dengan cara yang alami.
b.    Bagi Petani
Memberikan informasi kepada para petani sehingga dapat meningkatkan produksi panen petani dan dapat mengatasi  masalah yang dialami oleh petani mengenai hama yang menyerang tanamannya.
c.    Bagi Lingkungan
     Mengurangi penggunaan insektisida kimia atau buatan yang merusak keseimbangan alam.
d.   Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanaman yang dapat dimanfaatkan menjadi insektisida nabati. Selain itu juga dapat menigkatkan daya wirausaha masyarakat.

                                                     
GAGASAN
Mengenal Tanaman  kluwek (Pangium edule Reinw)
Secara taksonomi tumbuhan kluwak dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub kelas         : Dilleniidae
Ordo                : Violales
Familia            : Flacourtiaceae
Genus              : Pangium
Spesies            : Pangium edule Reinw



Description: D:\kluwek-2.jpgDescription: D:\picture.jpg                                                           




Gambar Pangium edule Reinw

Pohon Kluwak rata-rata memiliki tinggi 18 - 40 meter, berukuran sedang sampai besar dengan diameter batang 2,5 meter. Pada bagian pucuk banyak terdapat cabang, cabang yang muda banyak berbulu, sedangkan cabang yang tua tidak berbulu. Kulit kayu berwarna coklat kemerahan atau abu-abu kecoklatan, licin dan kadang-kadang kasar dengan banyak celah yang mengeras. Kluwak  yang masih muda bertangkai panjang dan berlekuk tiga, pada pohon tua bulat telur lebar, dengan pangkal yang terpancung atau berbentuk jantung, meruncing, mengkilat dan berwarna hijau tua. Tulang daun pada sisi bawah menonjol. Picung sejak berumur 15 tahun berbuah terus-menerus sepanjang musim. Buah agak tidak simetris, berbentuk bulat telur dengan kedua ujung tumpul. Ukurannya bervariasi dengan panjang 7-10 cm atau lebih. Kulit buah berwarna cokelat kemerahan dengan permukaan kasar dimana terdapat lentisel. Tangkai buah berukuran panjang 8-15 cm dengan diameter 7-12 mm.
Buah kluwak di dalamnya banyak biji besar kelabu, berbentuk telur limas dan keras. Pada biji buah kluwak terdapat daging biji (endosperm) yang banyak mengandung lemak. Buah kluwak mengandung 20-30 biji. Kulit biji kasar dengan perikarp setebal 6-10 mm, berkayu dan beralur. Pada kondisi buah kluwak yang masih segar biji-biji tersebut tertutup oleh daging buah yang berwarna putih, sedangkan apabila buah kluwak sudah disimpan dalam kurun waktu yang lama warna daging buahnya berubah menjadi kehitaman.
Kluwak merupakan khas vegetasi dari  Indonesia, jadi apabila di luar negeri kemungkinan itu adalah tumbuhan ekspor dari negara Indonesia. Pohon ini umumnya tumbuh di tepi-tepi sungai, pinggir-pinggir aliran air, tepi rawa, di hutan , atau bahkan di kebun-kebun.  Meskipun pohon ini umumnya tumbuh pada ketinggian 350 m dpl. dan membutuhkan lingkungan yang cukup air, jenis ini ternyata juga dapat tumbuh di daerah lebih tinggi, beriklim kering dan jarang terkena banjir.  Berdasarkan koleksi herbarium yang ada di Herbarium Bogoriense, jenis tumbuhan ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun akibat dari pemanfaatan yang berlebihan terutama di Jawa, jenis ini mulai langka.
Kluwak banyak dimanfaatkan sebagai bahan membuat makanan, namun pohon ini banyak mengandung racun, sehingga dikenal sebagai pohon yang memabukkan. Seluruh bagian dari tanaman kluwak bersifat racun ( Timbul, 2001). Tanaman kluwak mengandung asam sianida yang cukup besar jumlahnya baik pada batang, daun, dan buah. Asam sianida adalah suatu asam lemah yang berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai bau khas dan apabila terbakar mengeluarkan nyala biru. Senyawa sianida dapat bereaksi dengan beberapa ion logam membentuk senyawa Fe(CN)42- atau Fe(CN)63- . Mengenai daya pembunuh yang kuat dari kluwak dapat dimanfaatkan bagi pemberantas serangga perusak tanaman. Sifat atsiri dari racunnya memiliki keuntungan karena setelah penggunaannya tidak ada bau atau rasa apapun yang tertinggal pada tanaman yang telah diperlakukan dengannya.


 





                                                                       







Gambar Buah Kluwak




 






           




Gambar Isi Buah Kluwa


 










Gambar Kulit Batang Kluwak

 













Gambar Daun Kluwak

Biji dari kluwak merupakan bagian paling beracun dari tanaman ini, karena banyak mengandung ginokardin , yaitu suatu glikosida yang mudah melepaskan asam sianida karena hidrolisa oleh enzim ginokirdase. Asam sianida yang dilepaskan ini bersifat racun, yang pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan orang sakit kepala, pusing, mual dan muntah apabila termakan atau terhirup, bahkan pada konsentrasi tinggi mampu menyebabkan kematian. Biji kluwak yang lebih tua mengandung inokardin yang lebih sedikit dibandingkan dengan biji yang lebih muda. Namun menurut Burkil (1935) dalam Timbul (2001:11) menyatakan bahwa perebusan biji kluwak selama sejam akan mencegah terbentuknya asam sianida, karena pemanasan akan menonaktifkan enzim ginokirdase yang berperan terhadap produksi asam sianida dengan menghidrolisis ginokardise.

Pembuatan ekstrak Nabati dari Kluwak
a.       Ekstrak Cair Sederhana
Terlebih dahulu bersihkan atau cuci dengan air dan kering anginkan bagian tumbuhan yang ingin dijadikan bahan ekstrak sederhana. Timbang sebanyak 50 gr/lt air. Setelah ditimbang bahan dihaluskan dengan cara ditumbuk atau blender selama 5-10 menit atau bahan tersebut sudah halus. Kemudian dipisahkan dengan cara menyaring dan diperas. Air perasan atau yang sudah disaring tersebut ditambahkan 0,5 – 1 gram detergen sebagai bahan perata dan bahan tersebut disimpan kurang lebih 12-24 jam. Kemudian ekstrak sederhana yang sudah disimpan selama 12-24 jam tersebut sudah dapat dipergunakan. Apabila ekstrak sederhana yang sudah diaplikasikan tersebut dapat membunuh di atas 50% selama 3-4 hari maka bahan dari tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati.
b.      Ekstrak Padat (Paste)
Insektisida nabati akan dibuat dalam bentuk ekstrak padat (paste) dengan cara merendam bahan tumbuhan segar ke dalam pelarut (etanol) dengan perbandingan setiap 1000 gram bahan tumbuhan dicampur 10 liter pelarut. Setelah direndam selama 24-48 jam, campuran bahan dengan pelarut tersebut disaring dan hasil saringan dievaporasi dengan vacum untuk menghasilkan residu, kemudian dimasukkan ke dalam cawan terbuka dan dipanaskan pada waterbath dengan suhu 40oC. Untuk membentuk ekstrak padat maka pemanasan harus dilakukan selama kurang lebih 48 jam. Sebelum aplikasi perlakuan, terlebih dahulu ekstrak padat dicampur dengan minyak tween 20 atau 40 dengan perbandingan 100 : 1 agar daya rekatnya pada tanaman lebih kuat dan penyebarannya merata pada permukaan tanaman. Mencampur ekstrak padat dengan tween 20 atau 40 dilakukan pada plat kaca hingga merata, kemudian dimasukkan ke dalam gelas dan dicampur dengan air sebanyak 10 ml untuk setiap 1 gram ekstrak padat. Cara penggunaan yaitu bahan diencerkan dengan air sebanyak 5 ml setiap 1 liter air bersih, kemudian aduk merata dan diamkan selama 60 menit, selanjutnya bahan campuran siap untuk diaplikasikan.

Implikasi

Tanaman kluwak belum dibudidayakan secara luas, tetapi mempunyai manfaat yang cukup potensial sebagai bahan pengawet dan pestisida alami. Tanaman kluwak juga dapat dikembangkan sebagai bahan konservasi dan untuk penghijauan. Penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan pemanfaatan kluwak perlu dilakukan di masa datang.

DAFTAR PUSTAKA

Rusman. 2002. PENAPISAN SENYAWA INSEKTISIDA DARI EKSTRAK DAUN PICUNG (Pangium edule Reinw.). skripsi. Jurusan Kimia. IPB, Bogor.
Saenong, M.Sudjak. 2012. PENGGOLONGAN SENYAWA KIMIA PESTISIDA. Karya tulis. PEI & FPI, Sulawesi Selatan.
Saenong, M.Sudjak. 2012. Apa Itu Pestisida Hayati Dan Apa Saja Manfaatnya?. Karya tulis. PEI & FPI, Sulawesi Selatan.
Partomihardjo, T. & Rugayah. 1989. PANGI ( PANGIUM EDULE REINW.) DAN POTENSINYA YANG MULAI DILUPAKAN ( Pangium edule, an Almost Forgotten Plant and Its Potential. Media Konservasi. Vol. II (2) 1989 : 45-50. Jurnal Ilmiah LIPI Bogor.
Tohir, Aji Mohamad. 2010. TEKNIK EKSTRAKSI DAN APLIKASI BEBERAPA PESTISIDA NABATI UNTUK MENURUNKAN PALATABILITAS ULAT GRAYAK (Spodoptera litura Fabr.) DI LABORATORIUM. Buletin Teknik Pertanian. Vol: 15, No 1, 2010: 37-40. Jurnal Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Bogor.
Anonim. 2012. Inovasi Sumberdaya Lahan Mendukung Sukses Pertanian. Jakarta Selatan: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Rijal, Samsul. 2007. EFEKTIVITAS PENGHAMBAT EKSTRAK DAGING BIJI PICUNG (Pangium edule Reinw.) TERHADAP PERTUMBUHAN Cylindrocladium spp. SECARA IN VITRO. Skripsi. Bogor: IPB.
Asrori, Ahmad. 2008. EFEKTIVITAS PENGHAMBATAN EKSTRAK DAGING BIJI PICUNG (Pangium edule Reinw.) TERHADAP PERTUMBUHAN Rhizoctonia sp. SECARA IN VITRO. Skripsi. Bogor: IPB.
Saputra, Timbul Kristiawan. 2001. POTENSI DAGING BIJI PICUNG ( Pangium edule Reinw.) SEBAGAI FUNGISIDA BOTANI TERHADAP Fusarium solani SECARA IN VITRO. Skripsi. . Bogor: IPB.

Yuantari, Maria Goretti Catur. 2009. STUDI EKONOMI LINGKUNGAN PENGGUNAAN PESTISIDA DAN DAMPAKNYA PADA KESEHATAN PETANI DI AREA PERTANIAN HORTIKULTURA DESA SUMBER REJO KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG JAWA TENGAH. Tesis. Program Pascasarjana, UNDIP, Semarang.
Hidayat, Anwar. 2001. METODA PENGENDALIAN HAMA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem Dan Standar Pengelolaan Smk Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.
Ali, Akhyar & Fajar Restuhadi. 2010. Optimasi Pembuatan Biopellets dari Bungkil Picung ( Pangium edule Reinw.) dengan Penambahan Solar dan Perekat Tapioka. Sagu. Vol.9 No. 1, 2010: 1-7.jurnal Ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Riau.
Yuningsih. KANDUNGAN DAN STABILITAS SIANIDA DALAM TANAMAN PICUNG (Pangium edule Reinw.) SERTA PEMANFAATANNYA. Balai Besar Penelitian Veteriner.
Indriani, T. 2006. KEMANJURAN BEBERAPA JENIS TUMBUHAN RAWA YANG BERPOTENSI SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI TERHADAP ULAT BUAH (DIAPHANIA INDICA) . Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanin 2006. jurnal Ilmiah Penelitian Pcrtanian Lahan Rawa Kalimanlan Selatan.
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN. 2008. PICUNG (Pangium edule) SEBAGAI PENGAWET DAN PESTISIDA ALAMI. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Volume 14 Nomor 3, 1 Desember 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Bogor.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar