Sudah
terasa beda ternyata, banyak yang berubah. Namun aku tetap merasa bahagia
berada di tempat ini. Aroma sawah yang begitu menyejukkan hati, semilir angin
yang mampu menerbangkan kesedihanku, dan masih banyak hal yang membuatku selalu
rindu akan tempat ini.
“
Meyda.....” sapa Tini, teman mainku waktu kecil.
“
Hey Tin, lama tak jumpa. Apa kabar? “ tanyaku
“
Baik, kamu kemana aja? Sudah lama aku tak melihatmu. Wah makin cantik aja...”
celetuk Tini
“
Ah kamu bisa aja, makasih,,,, Aku sibuk kuliah Tin,,hehehee, dan Alhamdulillah
kini telah usai,”kataku
Lama sekali kami
berbincang, nggak mandang panas sekali di pinggir sungai ini. Kami memang suka
kumpul-kumpul di pinggir sungai dekat sawah. Di sini begitu sejuk, angin semilir
serta air jernih yang mengalir di sungai menambah betapa indahnya tempat ini.
Enggak
hanya suasana desa yang banyak berubah, namun ada satu lagi yang semua itu
nggak akan lagi bisa aku dapatkan. Hatinya, hati seorang pemuda desa yang cukup
tampan dan baik hati. Namanya Rizky, dia
adalah cinta monyetku bahkan sampai sekarang aku masih merasa sayang padanya.
Tapi sekarang akan berdosa jika aku terus merindukannya , karena kini dia sudah
menjadi milik orang lain. Seminggu yang lalu dia menikah dengan gadis
pilihannya. Sebenarnya aku merasakan jika dia juga suka kepadaku, namun karena aku pergi
lama dari desa untuk menempuh studyku di kota, dan sepertinya Ayahnya juga
ingin dia cepat-cepat menikah karena umurnya yang memang sudah waktunya. Aku merelakan
hal tersebut, toh aku merasa ini adalah hal terbaik yang Allah berikan
kepadaku. Allah pasti akan menggantikan hal yang lebih indah kepadaku.
Suatu
sore ketika aku ke sawah mengantarkan makanan untuk Bapak, tiba-tiba aku
bertemu dengan Rizky.
“
Meyda...” sapa Rizky
“
Eh Kak Rizky....” kataku
“
Pa kabar? Lama sekali aku tak melihatmu, makin cantik ya,,,,” celetuk dia
“
Ah Kak Rizky bisa saja, pasti cantikan istri kakak lah” kataku
“
hehehe nggak usah bahas itulah...” kata dia.
Ada yang aneh,
kenapa dia berkata seperti itu?
Seminggu
sudah aku berada di rumah, lama-lama aku tahu bahwa ternyata Rizky menikah
dengan Bela tidak di dasari atas rasa cinta. Bapak Rizky memiliki hutang kepada
Juragan Karto, Ayah Bela. Karena Bapak Rizky nggak mampu membayar hutangnya
maka jalan satu-satunya untuk membayar hutang tersebut ya dengan menikahi
Bella. Juragan Karto memanglah orang yang sangat terkenal sekali di kampung,
dia sangta kaya raya. Dan karena kekayaannyalah dia sangat dihormati, meskipun
di belakang warga sangat tidak suka dengan sikapnya yang suka semena-mena.
Dalam
kesendirian aku duduk termangu di atas bukit di belakang rumah. Selain sungai,
tempat ini adalah tempat favoritku untuk menyendiri.
“
Andai kau tak menikah dengannya Kak Rizky....” harapku
Terlalu jahat
juga jika aku masih mengharapkannya, diakan sudah menjadi milik orang lain. Ya
Allah maafkan aku. Aku juga tak mampu untuk membohongi perasaanku sendiri.
Meskipun dia sudah menjadi milik orang lain namun tak tahu kenapa masih saja
aku mengharapkannya hingga sekarang. Sampai tiba-tiba seorang pemuda masuk ke
kehidupanku, namanya Dimas. Dia adalah anak kepala desa desa sebelah. Anaknya
cukup tampan, dia juga alim seperti Rizky.pertemuan pertama kali berawal dari
sebuah acara pernikahan temanku, dimana temanku adalah tetangga dia.
Beberapa bulan berlalu, aku semakin
mantap dengan pilihanku. Dimas adalah lelaki yang sangat baik. Tak hanya
kepadaku, dia juga baik dengan orang tua serta Winda adekku satu-satunya.
Setelah kami merasa mantap, malam itu di melamarku. Acaranya sangat mewah
sekali. Maklum dia adalah anak satu-satunya Lurah Jaya. Semua merasa bahagia,
terutama ku rasakan kebahagiaan terpancar dari wajah kedua orang tuaku. Sebulan
kemudian kami menikah,acaranya tak kalah meriah dari prosesi lamaran. Aku
merasa bahagia sekali. Serasa seperti menjadi ratu paling cantik sendiri. Hehe
Aku merasakan kebahagiaan hidup dengan
keluarga baruku, Dimas sangat menyayangiku. Aku melihat ketulusan yang amat
dalam pada dirinya. Namun kebahagiaaan itu tak bertahan lama ketika Rizky mulai
masuk lagi dalam kehidupanku. Aku tahu bahwa dia tidak bahagia dengan
keluarganya, namun aku merasa tak suka karena dia telah mengganggu
kebahagiaanku.
“ Mey aku sangat menyayangimu....” kata
Rizky
Aku merasa terpukul
mendengar perkataan itu.
“ Rizky berani-beraninya kamu ngomong
seperti itu di hadapan suamiku?” kataku sambil menitikkan air mata.
“ Sudahlah Meyda, ku tahu kamu juga
sangat mencintai aku. Aku tahu itu semua dari Tini Mey.” Kata Rizky
“ Iya itu semua benar, tapi itu dulu
sebelum aku bertemu dengan Dimas. Sekarang yang aku cintai hanyalah Dimas, dia
suamiku.” Kataku sambil menangis.
Merasa tidak percaya Dimas pergi
meninggalkanku ke Singapure, dia mengira aku tidak tulus terhadapnya. Aku
benar-benar merasa terpukul akan hal tersebut. Apalagi kesededihanku memuncak
ketika aku mendengar pesawat yang ditumpangi olehnya jatuh dan bangkai pesawat
tersebut tidak diketemukan. Orang tua Dimas datang kerumah untuk menghiburku.
“ sabar ya nduk, Allah tak akan pernah
memberikan cobaan kepada hambanya di luar batas kemampuan kita.” Kata Umi.
Ku peluk
mertuaku, ku rasakan Dimas berada di dekatku.
“ Saya yakin Abi masih hidup ,,,,”
Gumamku
Seminggu berlalu, Rizky semakin barani
main ke rumahku. Apalagi setelah dia tahu akan kejadian yang di alami oleh
Dimas. Dia mengajakku untuk menikah, namun aku selalu berusaha untuk menolak.
“ Maaf kak, aku hanya mencintai Dimas. “
kataku mantap.
“ tapi dia kan udah mati” katanya
“ Tidak, Dimas belum mati. Dia masih
hidup.” Kataku
“ sekarang aku minta Kak Rizky keluar
dari rumahku atau aku akan teriak maling.”
Bukannya pergi
dia malah berusaha merangkulku, aku mengelak dan mendorongnnya hingga jatuh.
Abah yang di dalam kamar langsung datang dan memukulnya, dan Umi langsung
memeluk tubuhku.
“ kamu nggak apa-apa kan nduk. Dasar
anak ini memang benar-benar sudah berbahaya.” Kata Umi
“ Kak RIzky, please beri aku pengertian.
Aku sudah tidak lagi mencintaimu, cintaku hanya untuk Kak Dimas.” Kataku
sembari menangis.
Akhirnya dia luluh juga, dengan gontai
dia melangkah keluar. Aku masih menangis di pelukan Umi, mertuaku. Merasa ingin
menghirup udara segar, aku memutuskan untuk keluar rumah. Di bukit ini, lama
sekali aku tak ke sini. Aku menghirup segarnya udara di sini. Tiba-tiba ada
seseorang memeluk tubuhku dari belakang.
Merasa terganggu akupun melawan. Namun ketika aku membalikkan badanku, betapa
kagetnya diri ini.
“ Abi.......” kataku sembari menitikkan
air mata
“ Maafkan aku ya, kepergianku sebenarnya
untuk mengujimu. Dan kini ku tahu bahwa kau benar-benar mencintaiku, bukan
karena hartaku saja.” Kata Dimas
“ Menguji? Apa kau tak percaya kepadaku”
kataku
“ Bukan begitu dinda, tapi ku hanya
ingin tahu apakah kau benar-benar mencintaiku atau tidak. Tapi kini ku yakin
bahwa kamu benar-benar mencintaiku.”
“Ah Abi jahat banget” kataku manja
Sepuasnya aku
memukuli badan Dimas yang kekar itu, namun dengan lembut dia memelukku. Aku
merasa bahagia sekali hari ini. Dimas memberi kejutan padaku, dia memberiku
hadiah berupa Alqur’an serta mukena putih nan indah. Ternyata itu sebagai kado
ulang tahunku, dan yang paling menggembirakan adalah ketika ku tahu bahwa
diriku telah hamil satu bulan. Betapa lengkapnya kebahagiaanku. Memiliki suami
yang dengan tulus mencintaiku dan orang-orang yang baik di sekelilingku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar