Minggu, 13 Oktober 2013

Pemuda di dalam Bus


Sabtu, 12 Oktober 2013


Awalnya memang sudah tek terpikir untuk pulang hari ini. Namun ternyata keinginanku untuk segera pulang jauh lebi besar ketimbang kewajiban (jambore) yang tak boleh ditinggalkan.
Sudah hampir pukul tiga. Aku nekat barangkat dari Gunungpati naik angkot turun Jatingaleh seperti biasa. Dan seperti biasa pula aku harus nunggu lama sekali bus jurusan Penggaron. Ada sih satu bus datang, tapi masyaallah sesaknya minta ampun. Dari pada aku harus berdesak-desak ya ku putuskan saja untuk tidak naik. Bus jurusan Penggaron yang ke duapun datang, namun sayangnya tak mau kalah dengan bus yang ke dua. Sama-sama sesak ternyata. Setelah nunggu hampir satu jam akhirnya bus yang aku tunggu-tunggu datang juga. Alhamdulillah bisa duduk meski harus ke depan deket dengan supir.
Sekitar tigapuluhan menit akhirnya nyampe terminal Penggaron juga. Namun Ya ampun, karena weekend kali ya. Bus jurusan Purwodadi yang pertama sesak pake banget. Aku sempat mau naik lewat pintu belakang, namun ada seorang Ibu di dalam bus melarangku naik mungkin karena di dalam terlalu sesak. Banyak banget yang ngantri, dan sialnya kebanyakan dari mereka adalah cowok.
Lumayan lama untuk menunggu bus selanjutnya, Oh God aku sudah berpikir bakalan kemalaman lagi nyampe rumah. Tapi sudahlah hanya berdo’a dan sesekali sms orang rumah supaya bisa tenang. Saat bus ke dua berhenti, orang-orang mulai menghambur menuju nya. Karena pintu depan sesak penuh cowok-cowok yang naik, karena sepertinya memang hari ini di dominasi oleh cowok-cowok dewhh >,<... akhirnya aku memutuskan untuk lewat pintu belakang. Setelah naik dan bingung memilah-milah tempat duduk yang sekiranya nyaman, akhirya aku memilih kursi yang untuk tiga orang. Tidak terlalu belakang juga tidak tengah-tengah amat. Sepertinya busnya bakalan sesak banget, duh si kernet sudah tahu sudah penuh masih juga di tetal orang-orang di dalam. Pertama ada seorang bapak-bapak yang duduk di sampingku, aku persilahkan beliau untuk duduk yang di dekat jendela saja. Lalu tak lama datang seorang cowok yang meminta ijin untuk ikut duduk. Dan dia menawarkanku untuk memilih duduk di tengah atau di pinggir saja. Subhanallah dari pertama itu saja aku sudah mulai terkesan dengan dia, sopan sekali dia menawari hal tersebut yang terkadang disepelekan. Dengan tersenyum aku menjawab untuk memilih duduk di pinggir saja.
Sudah penuh busnya, namun astaghfirullah masih saja ditambah penumpangnya padahal kapasitasnya sudah tidak memungkinkan. Kasihan bapak-bapak yang sudah tua. Mungkin kernetnya udah puas, karena akhirnya busnya jalan juga. Duh Gusti di dalam benar-benar nggak nyaman, panas, bising, apalagi sepertinya penumpange kebanyakan cowok. Paling sebel sama yang duduk tepat di depanku,,, uchhh cowok tapi cerewetnya minta ampyunnnnn. Sumpah rasane pengen banget aku loncat dari bus, pokonya ngapain aja wis asal bisa keluar dari bus itu..
Tapi di lain itu semua ada seseorang yang entah mampu membuat sedikit kenyamanan ketika di dalam.. hehehe cowok yang duduk di sebelahku. Namun entahlah dia siapa aku nggak kenal sayange. Dilihat sepintas keren sih, Cuma aku nggak berani natap dia. Masnya baik, sopan, dan hampir aja aku dibayarin gara-gara uang yang ku kasih ke kernetnya kurang. Gimana nggak baik coba, orang kita ggak kenal tapi dia mau bayarin ongkosku. Tapi maaf ya mas bukannya saya meolak, tapi saya masih mampu untuk membayar sendiri. Lagian kita juga baru bertemu jadi nggak enak saja. Perjalanan hampir berlangsung satu jam, dan benar aku akan baru bisa sampai desa setelah habis magriban. Meskipun tanpa ada obrolan di antara kami namun berada di dekat dia setidaknya benar-benar sudah bisa membuatku nyaman. Tak hanya tingkah lakunya, cara bicaranya pun juga sopan sekali halus malah... hmmmm ternyata dia juga anak Godong, yah aku tahu pas lagi bayar. Yang lucu dia sempet ketiduran teklak-tekluk... hehehe ^^.
Aku sudah berencana untuk turun di Godong saja. Karena alasan yang pertama yaitu busnya sesak banget dan nggak memungkinkan untuk aku turun. Dan yang ke dua masnya juga turun Godong jadinya kan ada temene. Namun dengan nekat aku memutuskan untuk turun di desa saja, kasihan Bapak jika harus jemput ke Godong. Dengan berani aku menerjang barisan-barisan penumpang yang berdiri, namun pastinya dengan ucapan permisi dong. Hehehe. Namun ada satu yang ku lupa, nggak ngucaapin untuk mau turun duluan sama masnya. Ketika aku sudah berdiri di depan pintu belakang ternyata masnya sudah berdiri di belakangku. Lah ni mas2 kenapa sudah ke belakang? Padahal Godong masih jauh, mungkin siap-siap.
Akhirnya aku turun juga dari bus itu. Meski sedikit kebablasan dari tempat yang semestinya aku turun. Namun tak apalah yang penting aku sudah sampai di desa dengan selamat. Dan seneng melihat Bapak dan Adik kecilku sudah menjemput di pinggir jalan. J

Selamat jalan Mas So Sweet,,, siapa namamu kita belum sempat berkenalan. Semoga suatu saat kita akan dipertemukan lagi, namun ku berharap dalam suasana yang indah tak seperti hari ini yang kurang mengenakkan. Terima kasih atas kenyaman yang anda berikan. J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar