Sabtu,
12 Oktober 2013
Awalnya memang sudah tek terpikir
untuk pulang hari ini. Namun ternyata keinginanku untuk segera pulang jauh lebi
besar ketimbang kewajiban (jambore) yang tak boleh ditinggalkan.
Sudah hampir pukul tiga. Aku nekat
barangkat dari Gunungpati naik angkot turun Jatingaleh seperti biasa. Dan seperti
biasa pula aku harus nunggu lama sekali bus jurusan Penggaron. Ada sih satu bus
datang, tapi masyaallah sesaknya minta ampun. Dari pada aku harus
berdesak-desak ya ku putuskan saja untuk tidak naik. Bus jurusan Penggaron yang
ke duapun datang, namun sayangnya tak mau kalah dengan bus yang ke dua. Sama-sama
sesak ternyata. Setelah nunggu hampir satu jam akhirnya bus yang aku
tunggu-tunggu datang juga. Alhamdulillah bisa duduk meski harus ke depan deket
dengan supir.
Sekitar tigapuluhan menit
akhirnya nyampe terminal Penggaron juga. Namun Ya ampun, karena weekend kali
ya. Bus jurusan Purwodadi yang pertama sesak pake banget. Aku sempat mau naik
lewat pintu belakang, namun ada seorang Ibu di dalam bus melarangku naik
mungkin karena di dalam terlalu sesak. Banyak banget yang ngantri, dan sialnya
kebanyakan dari mereka adalah cowok.
Lumayan lama untuk menunggu bus selanjutnya,
Oh God aku sudah berpikir bakalan kemalaman lagi nyampe rumah. Tapi sudahlah
hanya berdo’a dan sesekali sms orang rumah supaya bisa tenang. Saat bus ke dua
berhenti, orang-orang mulai menghambur menuju nya. Karena pintu depan sesak
penuh cowok-cowok yang naik, karena sepertinya memang hari ini di dominasi oleh
cowok-cowok dewhh >,<... akhirnya aku memutuskan untuk lewat pintu
belakang. Setelah naik dan bingung memilah-milah tempat duduk yang sekiranya
nyaman, akhirya aku memilih kursi yang untuk tiga orang. Tidak terlalu belakang
juga tidak tengah-tengah amat. Sepertinya busnya bakalan sesak banget, duh si
kernet sudah tahu sudah penuh masih juga di tetal orang-orang di dalam. Pertama
ada seorang bapak-bapak yang duduk di sampingku, aku persilahkan beliau untuk
duduk yang di dekat jendela saja. Lalu tak lama datang seorang cowok yang
meminta ijin untuk ikut duduk. Dan dia menawarkanku untuk memilih duduk di
tengah atau di pinggir saja. Subhanallah dari pertama itu saja aku sudah mulai
terkesan dengan dia, sopan sekali dia menawari hal tersebut yang terkadang
disepelekan. Dengan tersenyum aku menjawab untuk memilih duduk di pinggir saja.
Sudah penuh busnya, namun
astaghfirullah masih saja ditambah penumpangnya padahal kapasitasnya sudah
tidak memungkinkan. Kasihan bapak-bapak yang sudah tua. Mungkin kernetnya udah
puas, karena akhirnya busnya jalan juga. Duh Gusti di dalam benar-benar nggak
nyaman, panas, bising, apalagi sepertinya penumpange kebanyakan cowok. Paling sebel
sama yang duduk tepat di depanku,,, uchhh cowok tapi cerewetnya minta
ampyunnnnn. Sumpah rasane pengen banget aku loncat dari bus, pokonya ngapain
aja wis asal bisa keluar dari bus itu..
Tapi di lain itu semua ada
seseorang yang entah mampu membuat sedikit kenyamanan ketika di dalam.. hehehe
cowok yang duduk di sebelahku. Namun entahlah dia siapa aku nggak kenal
sayange. Dilihat sepintas keren sih, Cuma aku nggak berani natap dia. Masnya baik,
sopan, dan hampir aja aku dibayarin gara-gara uang yang ku kasih ke kernetnya
kurang. Gimana nggak baik coba, orang kita ggak kenal tapi dia mau bayarin
ongkosku. Tapi maaf ya mas bukannya saya meolak, tapi saya masih mampu untuk
membayar sendiri. Lagian kita juga baru bertemu jadi nggak enak saja. Perjalanan
hampir berlangsung satu jam, dan benar aku akan baru bisa sampai desa setelah
habis magriban. Meskipun tanpa ada obrolan di antara kami namun berada di dekat
dia setidaknya benar-benar sudah bisa membuatku nyaman. Tak hanya tingkah
lakunya, cara bicaranya pun juga sopan sekali halus malah... hmmmm ternyata dia
juga anak Godong, yah aku tahu pas lagi bayar. Yang lucu dia sempet ketiduran
teklak-tekluk... hehehe ^^.
Aku sudah berencana untuk turun
di Godong saja. Karena alasan yang pertama yaitu busnya sesak banget dan nggak
memungkinkan untuk aku turun. Dan yang ke dua masnya juga turun Godong jadinya
kan ada temene. Namun dengan nekat aku memutuskan untuk turun di desa saja,
kasihan Bapak jika harus jemput ke Godong. Dengan berani aku menerjang
barisan-barisan penumpang yang berdiri, namun pastinya dengan ucapan permisi
dong. Hehehe. Namun ada satu yang ku lupa, nggak ngucaapin untuk mau turun
duluan sama masnya. Ketika aku sudah berdiri di depan pintu belakang ternyata
masnya sudah berdiri di belakangku. Lah ni mas2 kenapa sudah ke belakang? Padahal
Godong masih jauh, mungkin siap-siap.
Akhirnya aku turun juga dari bus
itu. Meski sedikit kebablasan dari tempat yang semestinya aku turun. Namun tak
apalah yang penting aku sudah sampai di desa dengan selamat. Dan seneng melihat
Bapak dan Adik kecilku sudah menjemput di pinggir jalan. J
Selamat jalan Mas So Sweet,,,
siapa namamu kita belum sempat berkenalan. Semoga suatu saat kita akan
dipertemukan lagi, namun ku berharap dalam suasana yang indah tak seperti hari
ini yang kurang mengenakkan. Terima kasih atas kenyaman yang anda berikan. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar